Rabu, 13 Agustus 2014

Wahai ANDRIA!!! Jangan asal ngomong! Jangan sampai menjilat ludah sendiri!

Wahai diriku, Jangan asal ngomong! Jangan sampai menjilat ludah sendiri!
Karena omongan bisa mengantarkan ke surga atau neraka.

Ketika Rasulullah ditanya tentang perbuatan yang menyebabkan masuk surga, Rasul menjawab : “Bertaqwa kepada Allah dan akhlaq mulia”. Dan ketika ditanya tentang penyebab masuk neraka, Rasul menjawab : “dua lubang, yaitu mulut dan kemaluan” HR. At Tirmidziy

“ Barang siapa yang mampu menjamin kepadaku antara dua kumisnya (kumis dan jenggot), dan antara dua pahanya, saya jamin dia masuk sorga” HR. Al Bukhariy

“ Takutlah pada neraka, walau dengan sebiji kurma. Jika kamu tidak punya maka dengan ucapan yang baik“ Muttafaq alaih

“ Orang yang paling banyak dosanya di hari kiamat adalah orang yang paling banyak terlibat dalam pembicaraan batil” HR Ibnu Abiddunya. 

"Barang siapa banyak bicara maka banyak pula salahnya dan barangsiapa banyak salah maka banyak pula dosanya, dan barangsiapa banyak dosanya maka api neraka lebih utama baginya." HR. Athabrani

"Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya." HR. Athabrani dan Al Baihaqi

Wahai diriku, Akan datang hari mulut dikunci kata tak ada lagi…akan tiba masa tak ada suara dari mulut kita…(Lagu Chrisye). Jangan asal-asalan dalam berbicara, karena ada hari pertanggungjawaban. Semua akan menjadi saksi, dan semua akan berbicara kecuali mulut. 

Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (QS. Yaasiin : 65)

“Sesungguhnya ada seseorang yang berbicara dengan ucapan yang Allah murkai, ia tidak menduga akibatnya, lalu Allah catat itu dalam murka Allah hingga hari kiamat” HR Ibn Majah.

Wahai diriku, Jagalah ucapan kita, menjaga agar lisan kita selalu berkata yang baik atau diam. 

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” HR. Muttafaq alaih

Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang bisa menjaga mulutnya, Allah akan tutupi keburukannya” HR. Abu Nuaim. 

“Ucapan yang baik adalah sedekah” HR. Muslim.

Diam bukan berarti pasif tetapi diam yang produktif tentunya.

Biasakanlah diam atau merenung, maka Anda akan produktif dalam hidup. Diam bukan dalam arti anda sama sekali tidak berbicara, melainkan diam dalam arti anda bahwa anda hanya berbicara jika ada kebutuhan untuk itu. (Anis Matta)

Ibnu Mas’ud berkata : “Tidak ada sesuatupun yang perlu lebih lama aku penjarakan dari pada mulutku sendiri”

Wahai diriku, keistiqomahan iman akan terlihat dari buah lisan ini. oleh karena itu berhati-hatilah, waspadalah sebelum berucap.

“Tidak akan istiqamah iman seorang hamba sehingga istiqamah hatinya. Dan tidak akan istiqamah hati seseorang sehingga istiqamah lisannya” HR Ahmad

Warna perasaan kita adalah cermin bagi tindakan kita. Tindakan yang harmonis akan mungkin lahir dari warna perasaan yang kuat dan harmonis. (anis matta)

Wahai diriku, Tong Kosong Nyaring bunyinya...otak kosong, omong kosong, pribadi yang kosong melompong. Jadi diamlah jangan sok tahu, dan berkatalah yang baik, jika tidak tahu katakan tidak tahu, seperti syair lagu yang diriku lantunkan saat aksi : "Katakan hitam adalah hitam dan katakan putih adalah putih", intinya kebenaran dan kejujuran.

“Dan katakan kepada hamba-hamba-Ku. “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar) sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” QS. 17: 53 

Pernahkah mendengar bahwa orang hebat "imam yang fakih" seperti imam Malik ketika ditanya 40 masalah fikih beliau hanya menjawab sekitar empat saja. beliau mengatakan Laa adri...aku tidak mengetahui...ketika memang tidak tahu.

Anis Matta pernah menulis dalam bukunya "Pada umumnya, orang yang banyak berbicara adalah orang yang lemah kepribadiannya."

Sikap-sikap yg dominan dalam diri seseorang yg secara akumulatif , mencintai dirinya adalah apa yang kita sebut sebagai kepribadiannya. (anis matta)

Wahai diriku, jadilah pribadi Islam yang sempurna... 

Rasulullah SAW bersabda : “Di antara ciri kesempurnaan Islam seseorang adalah ketika ia mampu meninggalkan sesuatu yang tidak ia perlukan” HR At Tirmidziy

Wahai diriku, Hendaklah berfikir terlebih dahulu sebelum berucap karena Ibrahim At Taymiy berkata : Seorang mukmin ketika hendak berbicara, ia berfikir dahulu, jika bermanfaat dia ucapkan, dan jika tidak maka tidak diucapkan. Sedangkan orang fajir (durhaka) sesungguhnya lisannya mengalir saja”

Wahai diriku, mendengarlah lebih banyak...

Berkata Yazid ibn Abi Hubaib :”Di antara fitnah orang alim adalah ketika ia lebih senang berbicara daripada mendengarkan. Jika orang lain sudah cukup berbicara, maka mendengarkan adalah keselamatan, dan dalam berbicara ada polesan, tambahan dan pengurangan

Rasulullah SAW bersabda : “Beruntunglah orang yang dapat menahan kelebihan bicaranya, dan menginfakkan kelebihan hartanya “ HR. Al Baghawiy. 

Abu Darda berkata : “Perlakukan telinga dan mulutmu dengan obyektif. Sesungguhnya diciptakan dua telinga dan satu mulut, agar kamu lebih banyak mendengar dari pada berbicara. 

Diam (tidak berbicara) adalah suatu kebijaksanaan dan sedikit orang yang melakukannya. HR Ibnu Hiban

"Sesungguhnya Allah melarang kamu banyak omong, yang diomongkan, dan menyia-nyiakan harta serta banyak bertanya." HR Asysyihaab

Wahai diriku, Hendaklah menjadi seorang pahlawan mukmin sejati karena menurut Anis Matta:

Para pahlawan mukmin sejati adalah pekerja keras yang menunaikan janji kepahlawanannya dalam diam dan menyelesaikan karya-karyanya dengan semangat kebenaran sejati. Mereka jujur kepada Allah SWT, kepada diri sendiri serta kepada sejarah. Mereka tidak tertarik dengan hingar-bingar pengakuan public, atau sorotan kamera, sebab itu bukan tujuannya, sebab itu bukan kebanggaannya. 

Ada sebuah pesan hikmah bahwa;
“Seseorang tidak akan kehilangan perkataan yang benar kecuali apabila ia sudah kehilangan perbuatan yang benar”

Solikhin Abu Izzuddin menulis dalam bukunya:

Bermula dari kata-kata. Kata tidak sebatas ucapan lisan. Kata hati justru itu yang inti. Penentu sukses atau bahagiamu.
Mensurgakan kata-kata!

Wahai diriku!Afatul Lisan...Afatul Lisan...Menjaga Lisan agar berbuah surga...

"Barangsiapa akhir ucapannya "Laa ilaaha illallah" niscaya dia masuk surga." HR Abu Dawud.

Allahumma thahhir qalbii minannifaaqi, wa 'amalii minarriyaa'i, wa 'ainayya minal khiyaanati, wa lisaanii minal kadzibi...

Ya Allah sucikanlah hatiku dari nifak, amalanku dari riya, mataku dari khianat, lidahku dari dusta...

Amin...

Wallahu 'alam...Afwan Jiddan...Wahai ANDRIA!!!Jangan asal ngomong! Jangan sampai menjilat ludah sendiri! Astaghfirullah...

22 Rajab 1431 H _Selasa_

Bergeraklah

Untukmu para aktivis syiar dakwah
Bergeraklah...Bergeraklah...
Dengan Kekuatan Islam (1,
Kekuatan aqidah dan akhlak,
Kekuatan Ilmu dan jamaah,
Kekuatan harta dan jihad...
InsyaAllah Kemenangan kan segera Tiba...
Allahuakbar! Allah Maha Besar!

Untukmu Aktivis Syiar Dakwah,
Bergeraklah..Bergeraklah…
Teruslah Bergerak,
karna diam berarti mati,
bagaikan air yang tergenang,menjadi sarang penyakit,
bagaikan mayat,yang diam terbujur kaku,
dan siap untuk dikubur.

Teruslah bergerak,
Bagaikan rahib di waktu malam,
dan singa padang pasir di waktu siang,
meneladani akhlak Rasulullah,
meneladani setiap perjuangannya,
mengikuti jejak-jejak langkahnya,
Semoga diri selalu istiqomah,
seperti sabda Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam :
‘Katakanlah : Aku telah beriman kepada Allah,
kemudian beristiqamalah kamu’.

Untukmu Saudaraku Aktivis Dakwah,
Semoga kita bergerak karena Allah,
Sehingga kita berjalan tak kenal henti,
Yang berjuang dengan jiwa dan Raga diri,
Semoga Allah selalu merestui langkah ini,
Semoga Syurga menjadi tempat kembali...

Gelora-gelora Dakwah kan selalu menyala,
Roda-roda Dakwah kan terus berputar,
Selama manusia masih ada...
Baik ada kita dalam barisan,
atau diluar barisan...
Apakah kita menjadi pelaku sejarah,
ataukah penonton sejarah...
Apakah kita memilih lelah dalam berdakwah,
atau hidup senang dalam kefanaan dunia ?
Pilihan ada di dirimu kawan ?
Allah tidak akan rugi apabila kita alfa dalam berdakwah...
Karena hakikatnya,kitalah yg membutuhkan dakwah, bukan dakwah membutuhkan kita...

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (QS Al Maa'idah 54)

Wallahu 'alam...


16 Jumadil Akhir 1431 H

Afwan...

Andria Pragholapati
----------------------------------------------------------------


1) (QS. 3:103 , 2:256), (QS. 5:54 , 55 , dan 56 ), (QS. 61:4 ),(QS. 17:36 ), (QS. 49:15 ), (QS. 9:111 )

Inilah Syiar Islam Kawan!

Bismillah...
Laa ilaaha ilallah...
Muhammad Rasulullah...
Tiada Tuhan selain Allah...
dan Muhammad adalah Rasulullah...

Serukan Dakwah!
Serukan Dakwah!
Serukan Dakwah!
Hanya kepada Allah!

Jadilah Jundullah,
Prajurit-Prajurit Allah,
Membawa Pesan Illallah,
Al Qur'an dan Assunnah...

Inilah Jalan,
Satu Lintasan,
Islam jadi ikatan,
Allah jadi Tujuan...

Untuk mereka yang slalu kucintai karena Allah...
Jadilah Da'i Islam,
Sebelum apapun kita,
Jalinlah Ukhuwah Islamiyah,
Qalbun Salim adalah dasar,
Itsar adalah puncak,
Ikutilah Allah dan Rasulullah,
Maka kita semua akan selamat...

Jauhilah Jahiliah,
Berimanlah lalu Istiqomahlah,
Bukti-bukti Sejarah,
Telah menjadi bukti sudah...

"Dan perangilah mereka
sampai tidak ada lagi fitnah,
dan agama hanyalah
milik Alllah semata..."(Al-Anfal: 39)


Mengeluarkan Siapa Saja,
yang Dia kehendaki dari penghambaan sesama hamba,
menuju penghambaan kepada Allah semata,
dari penyelewengan agama-agama yang ada,
menuju Keadilan Islam,
dan dari sempitnya dunia
menuju keluasan dunia dan akhirat,
Inilah perkataan Ribi' bin Amir,
kepada Rustam panglima Persi...
Agar kita berfikir,
Inilah jalan Allah yang satu dan lurus...

Semoga bisa saling nasehat dan menasehati,
dalam kebenaran dan kesabaran Islami,
agar tak menjadi rugi,
tuk menjadi bukti,
Semoga selalu abadi
untuk berTauhid,
dalam Cinta-Mu yang murni...

Wahai diri dan Kawan,
Tiada Kemuliaan,
Tanpa Dakwah dan Jihad!

Serukanlah Dakwah!
Serukanlah Dakwah!
Inilah Syiar Islam Kawan!
Inilah Syiar Islam Kawan!


Untuk ku dan untuk mu yang selalu merindukan perjumpaan dengan-Nya....

13 Jumadil Akhir 1431 H...
Andria Pragholapati

Bismillahirrahmaniirrahiim..

Bismillahirrahmaniirrahiim..

Hembusan suara dalam dada,
menggetarkan pita-pita mulut tuk berbicara,
Lidahpun bergerak tuk merubah vokal,
lalu terbukalah mulut ini tuk menyampaikan,
bahwa diriku memohon petunjuk Sang Kuasa...

Bismillahirrahmaniirrahiim..

Kusebut nama-Nya,
Yang Maha Rahman dan Rahiim,
Semoga menjadi berkah,
Kegiatan dan semua aktivitas.

Bismillahirrahmaniirrahiim..

Awalkanlah melantunkannya,
sesuai tuntutan Rasulullah SAW,
kekasih Allah,
yang begitu mulia akhlaknya.

Bismillahirrahmaniirrahiim..

Dibacakan agar diriku tak lupa,
lupa kepada Mu Ya Rabb,
lupa akan akhirat,
lupa akan pahala,
dan lupa akan dosa,
Astaghfirullah....
Ampunilah...

Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang..
Wallahu 'alam...


9 Jumadil Akhir 1431 H,
Jam 18.51
Ditemani hujan yang begitu menyejukkan...

Andria Pragholapati

Persepsi / Tanggapan Masyarakat Tentang Ganguan Jiwa

Dikalangan masyarakat, pemahaman tentang masalah kesehatan jiwa masih rendah. Gangguan jiwa masih diidentikkan dengan psikotik seperti skizofrenia atau bahasa awamnya “gila,” padahal variasi gangguan jiwa sangat luas (Atikawulanjani, Sinarharapan. 2005).

Menurut Dr. Dengara Pane dalam Pikiran Rakyat yang berjudul “30% Warga Jabar Punya Masalah Jiwa”, menyatakan bahwa: jika dilihat dalam tingkatannya, gangguan kesehatan jiwa ada 100 jenis. Mulai dari yang teringan hingga yang terberat. Hanya beberapa gangguan jiwa berat saja yang disebut gila (Mr, Pikiranrakyat, 2002). Sementara dimasyarakat, hingga saat ini masih berkembang stigma yang berdampak buruk terhadap nasib penderita gangguan jiwa itu sendiri maupun orang-orang yang teralibat dan dekat dengan mereka. Stigma itu umumnya masih menganggap bahwa mereka yang berhubungan dengan rumah sakit jiwa, dokter jiwa dan perawat jiwa, itu dianggap orang gila. Akibatnya mereka malu. Padahal, yang namanya gangguan jiwa ada 100 jenis dan yang disebut gila oleh masyarakat itu hanya beberapa saja (Mr, Pikiranrakyat, 2002).

Menyinggung faktor penyebabnya, menurut Dengara, sangat kompleks. Bisa biologis, psikologis, sosial budaya, spiritual. Akan tetapi belakangan ini telah terjadi pergeseran alasan. Dulu pengidap gangguan kesehatan jiwa terjadi karena faktor perceraian, hubungan buruk dengan tetangga, putus pacar, dan stress. Sekarang faktor ekonomi yang menjadi penyebab utama (Mr, Pikiranrakyat, 2002).

Masyarakat masih juga percaya bahwa gangguan jiwa masih disebabkan oleh hal-hal yang sifatnya mistis dan magis. Ada kalanya juga masih dianggap sebagai kutukan, buah kejahatan, karma, atau karena melanggar tabu (Mr. Pikiranrakyat, 2002).

Menyinggung soal pengobatan dan perawatannya yang berkembang dimasyarakat bahwa walaupun dirawat dan diobati sebaik apapun, masyarakat menganggap penyakit ini tidak bisa disembuhkan. Padahal penyakit ini dapat sembuh apabila dilakukan perawatan secara intensiv dan berkelanjutan, individu yang mengidap penyakit ini masih dapat bekerja dan eksis di masyarakat (Mr, Pikiranrakyat, 2002).

Pemahaman Fenomena “orang gila”, memunculkan tanggung jawab kita selaku anggota masyarakat yang seharusnya peduli akan keberadaan dan kebutuhan mereka. Pada prinsipnya mereka sama seperti orang waras yang mempunyai kebutuhan untuk diakui dan diperlakukan secara baik. Walaupun yang tampak adalah mereka hidup di dunia sendiri dan lebih sering menyendiri, karena itu perlu kerja sama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah (Teguh, Balipost, 2003).

Dukungan pemerintah dalam hal ini bukan hanya menyediakan fasilitas perawatan dan pengadaan obat-obatan saja, namun lebih lanjut mempertimbangkan pengalokasian dana untuk meningkatkan mutu pendidikan kesehatan terutama di bidang perawatan jiwa, sehingga melahirkan tenaga-tenaga kesehatan jiwa yang professional (Widya, Kompas, 2003).

Dengan lahirnya perawat jiwa yang professional diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memberi pandangan terhadap gangguan jiwa. Selama ini gangguan jiwa menurut anggapan mereka masih diidentikkan sama dengan Psikotik.

Anggapan berbagai kelompok yang ada di masyarakat tentang gangguan jiwa bermacam-macam atau beraneka ragam, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah kebudayaannya (Susilohati, 1994 : Jurnal Rehabilitasi dan Remediasi). 

Anggapan yang beraneka ragam dari berbagai kelompok ini ada yang mempunyai pendapat yang sama dengan teori yang telah ada. Misalkan saja pengertian gangguan jiwa yang berkembang saat ini, sebagian masyarakat berpendapat adanya kelainan yang terjadi di dalam jiwa seseorang atau yang berkaitan dengan stress (Susilohati, 1994 : Jurnal Rehabilitasi dan Remediasi). 

Dalam penelitiannya yang disampaikan dalam Jurnal Rehabilitasi dan Remediasi tentang “Pemahaman Masyarakat Tentang Gangguan Jiwa”, menyimpulkan bahwa masyarakat berpendapat gangguan jiwa adalah sindroma / pola prilaku / psikologik seseorang yang secara klinik cukup bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala penyelewengan dari fisiologis / distress, atau hendaya dalam satu atau lebih fungsi dari manusia. Yaitu tergambar dari prilaku psikologik dan atau biologik, tidak hanya tergambar dari hubungan antara orang itu dengan masyarakat saja (Susilohati, 1994 : Jurnal Rehabilitasi dan Remediasi).

Pengobatan dan Perawatan Terhadap Penderita Gangguan Jiwa

Pengobatan dan perawatan terhadap penderita gangguan jiwa harus memakai pendekatan holistik, biarpun pada suatu waktu tertentu prioritas diberikan kepada salah satu unsur saja, dan prioritas ini disesuaikan dengan keadaan pasien.

Secara umum pengobatan dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: somatoterapi, psikoterapi, dan manipulasi lingkungan demi kesembuhan pasien. Bila lingkungan suatu institut (Rumah Sakit) dengan fasilitas dan peraturan-peraturannya dibuat untuk mempercepat kesembuhan pasiennya, maka dinamakan milieutherapy, bila lingkungannya yang sakit dan hendak diobati, maka hal ini dinamakan sosio terapi (Maramis, 1998).

Era globalisasi adalah suatu era dimana perkembangan IPTEK yang telalu cepat yang berdampak pada semua sektor terutama kesehatan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di era globalisasi ini tiap tenaga kesehatan dituntut untuk mampu bersaing termasuk perawat jiwa sebagai pemberi asuhan keperawatan jiwa (Suryani, 2003 : Journal Noursing of Padjadjaran). 

Perawat jiwa dalam memberikan asuhannya dituntut untuk bekerja secara professional, sehingga asuhan yang diberikan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah (Suryani, 2003 : Journal Noursing of Padjadjaran).

Trend pelayanan keperawatan mental psikiatri di era globalisasi, seperti yang diungkapkan oleh Suryani (2003), dalam majalah keperawatan, Noursing Journal of Padjadjaran University, menyatakan bahwa “peran perawat mental psikiatrik tidak lagi hanya terbatas pada pemberian asuhan di rumah sakit akan tetapi dituntut untuk lebih sensitive dilingkungannya”. Dari pernyataan ini jelas bahwa gangguan jiwa sebaiknya ditangani sejak dini, atau dalam artian bahwa sebaiknya lebih pada pencegahan kearah yang lebih berat, yaitu perawat lebih baik mendeteksi sedini mungkin adanya gangguan jiwa yang terjadi di masyarakat. Namun demikian kemampuan perawat harus memiliki tiga kunci utama dalam proses tersebut yaitu: (1) pengalaman dan pendidikan perawat, (2) peran dan fungsi perawat, (3) serta hubungan perawat dengan profesi lain dalam komunitas (Leininnger, 1974 dalam Suryani, 2003 : Journal Noursing of Padjadjaran).

Selama ini di masyarakat juga sering tedengar isu-isu tentang perawatan spiritual terhadap gangguan jiwa. Spiritual yang dimaksud disini adalah spiritual yang islami. Sehat dalam pandangan Islam bukan hanya terbatas pada sehat fisik, melainkan juga sehat pikiran (akal) dan sehat jiwa (rohani) (Kusman, 2003 : Journal Noursing of Padjadjaran).

Gangguan Jiwa (2)

Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa

Gejala-gejala gangguan jiwa adalah hasil interaksi yang kompleks antara unsur somatik, psikologik dan sosiobudaya. Gejala-gejala inilah yang menandakan dekompensasi proses adaptasi yang terdapat, terutama pada pemikiran, perasaan dan perilaku.

Ada gejala primer ada pula gejala skunder, misalnya pada penderita skizoprenia gejala primer itu berupa: ambivalensi, otisme, asosiasi longgar dan afek yang tidak tepat. Gejala skunder berupa halusinasi dan waham (Kaplan dan Sadock, 1997).

1 Gangguan Kesadaran

Adapun kesadaran itu merupakan kemampuan individu mengadakan hubungan dengan lingkungannya, serta dengan dirinya sendiri (melalui panca inderanya) dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungan serta terhadap dirinya sendiri (melalui perhatian). Bila kesadaran itu baik adanya maka akan terjadi orientasi (tentang waktu, tempat dan orang) dan pengertian yang baik serta pemakaian informasi yang masuk secara efektif (Maramis, 1998).

2 Gangguan Ingatan

Adapun ingatan itu berdasarkan tiga proses utama, yaitu pencatatan atau proses registrasi, penahanan atau retensi dan pemanggilan kembali atau recal. Gangguan ingatan terjadi jika salah satu atau lebih pada unsur yang telah disebut diatas (Maramis, 1998).

3 Gangguan orientasi

Orientasi adalah kemampuan seseorang untuk mengenal lingkungannya serta hubungannya dalam waktu dan ruang terhadap dirinya sendiri dan juga hubungan dirinya sendiri dengan orang lain (Maramis, 1998).

Disorientasi atau gangguan orientasi timbul sebagai akibat gangguan kesadaran dan dapat menyangkut waktu, tempat dan atau orang (Maramis, 1998).

4 Gangguan Afek dan Emosi

Afek adalah nada perasaan, menyenangkan atau tidak yang menyertai suatu pikiran, yang berlangsung lama serta kurang disertai oleh komponen fisiologik (Abraham dan Sanley, 1997). Emosi adalah manifestasi afek keluar dan disertai oleh banyak komponen fisiologik, biasanya berlangsung relatif tidak lama. Kadang-kadang istilah afek dan emosi dipakai secara bersamaan (Abraham dan Sanley, 1997).

5 Gangguan Psikomotor

Psikomotor ialah gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa; merupakan efek bersama yang mengenai badan dan jiwa. Juga dinamakan konasi, prilaku motorik atau aspek motorik dari pada perilaku (Maramis, 1998).

6 Gangguan Proses Berpikir

Adapun proses berpikir itu meliputi proses pertimbangan (judgment), pemahaman (comprehension), ingatan serta penalaran (reasoning). Proses berpikir yang normal mengandung arus idea, symbol dan asosiasi yang terarah kepada tujuan dan yang dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas. Yang menghantarkan kepada suatu penyelesaian yang berorientasi kepada kenyataan (Maramis, 1998).

7 Gangguan Persepsi

Persepsi adalah daya mengenal benda, kwalitas atau hubungan serta perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca inderanya mendapat rangsang. Jadi persepsi itu dapat terganggu oleh gangguan otak, oleh gangguan jiwa, oleh pengaruh lingkungan sosial budaya.

8 Gangguan Intelegensi

Intelegensia adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang baru melalui pemikiran dan pertimbangan. Berbagai hal dapat mengurangi atau menghambat kemampuan. Misalnya: kerusakan otak, karena psikosa,. Mungkin juga kemampuan ini tidak dapat dimanifestasikan karena berbagai faktor sosial budaya.

Retardasi mental ialah terutama kekurangan intelegensi, sehingga daya guna sosial dan dalam pekerjaan seseorang menjadi terganggu (Maramis, 1998).

Dimensi adalah terutama kemunduran intelegensi, karena suatu kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki lagi (irreversibel) (Maramis, 1998).

9 Gangguan Kepribadian

Kepribadian menunjuk kepada keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya (Kaplan dan Sadock, 1997).

Suatu gangguan kepribadian dianggap telah terjadi bilamana sebuah atau lebih sifat kepribadian itu menjadi sedemikian rupa sehingga indivu itu merugikan dirinya sendiri atau masyarakat disekitarnya. Ada bermacam-macam gangguan kepribadian, misalnya kepribadian yang paranoid, siklomitik, skizoid, anankastik, histerik, astenik, antisosial dan pasif-agresi (Maramis, 1998).

10 Gangguan Penampilan

Terlalu kritis, teliti atau rewel mungkin merupakan tanda obsesif-kompulsif. Kemunduran dalam tingkat kebersihan dan kerapian dapat merupakan tanda adanya depresi atau skizoprenia (Maramis, 1998).

11 Gangguan Pola Hidup

Gangguan pola hidup mencakup gangguan-ganguan dalam hubungan antar manusia dan sifat-sifat dalam keluarga, pekerjaan, rekreasi dan masyarakat.

Gangguan Jiwa (1)

Gangguan jiwa atau gangguan mental tidak terlepas dari pernyataan tentang keadaan yang normal. Menurut Alfred Adler dalam Kaplan dan Sadock (1997). Menyatakan keadaan normal adalah: Kemampuan seseorang untuk mengembangkan perasaan sosial dan bersikap produktif adalah berhubungan dengan kesehatan mental, kemampuan untuk bekerja yang meningkatkan harga diri dan menyebabkan seseorang mampu beradaptasi (Kaplan dan Sadock, 1997). 

Gangguan jiwa atau gangguan mental adalah seseorang dengan proses psikologik atau mentalnya dalam arti kata luas yang tidak berfungsi dengan baik, sehingga mengganggunya dalam fungsi sehari-hari dan oleh karenanya menyukarkan diri sendiri dan atau orang lain di sekitarnya (Maramis, 1998).

Penyebab Gangguan Jiwa


Biasanya Gangguan jiwa tidak hanya disebabkan oleh penyebab yang tunggal, akan tetapi biasanya disebabkan oleh beberapa penyebab sekaligus, yaitu meliputi unsur somatogenik, sosiogenik dan psikogenik. Unsur ini akan saling mempengaruhi bahkan sering terjadi bersamaan. Contoh: seseorang yang mengalami gangguan otak karena kelahiran, kemudian menjadi hiperkinetik dan pada waktu kecilnya sukar diasuh. Ia akan mempengaruhi lingkungannya, terutama orang tua dan anggota lainnya yang serumah (Maramis, 1998).

1 Faktor Somatogenik

Faktor somatogenik ini meliputi: Neroanatomi, Nerofisiologi, Nerokimia, Tingkat kematangan dan perkembangan organik, Faktor-faktor prenatal dan perinatal.

2 Faktor-Faktor Psikogenik

Faktor-faktor psikogenik meliputi: (1) interaksi ibu anak (2) Peranan ayah. (3) Persaingan antara saudara kandung. (4) Intelegensi. (5) Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat. (6) Kehilangan yang menyebabkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah. (7) Konsep dini. (8) Ketrampilan bakat dan kreatifitas. (9) Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya. (10) Tingkat pekembangan emosi.

3 Faktor-Faktor Sosiogenik

Faktor-faktor sosiogenik meliputi: (1) Kestabilan keluarga. (2) Pola mengasuh anak. (3) Tingkat ekonomi. (4) Perumahan: perkotaan lawan pedesaan. (5) Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai. (6) Pengaruh sosial dan keagamaan. (7) Nilai-nilai.

Sejarah Website

"World Wide Web atau website adalah sebuah sistem untuk menjajaki dan mencari informasi” (La Quey, 1997: 133). “Website adalah perpustakaan elektronik untuk mengetahui tentang berbagai informasi yang diperlukan dengan tidak memerlukan banyak waktu untuk mencari data dan biaya yang diperlukan untuk mendapatkan data relatif lebih murah” (Tung, 1996: 12).

Website merupakan salah satu cara (fasilitas) bagaimana kita saling bertukar informasi. Web berisi informasi yang diinginkan dengan mengunakan perintah khusus dan program pencarian teks untuk menemukan informasi yang diinginkan. Salah satu keuntungan terbesar website adalah bahwa web merupakan sumber informasi superbesar yang mencakup berbagai topik yang berbeda. Dokumen-dokumen website saling terkait satu sama lain. File-file atau halaman-halaman saling terkait satu sama lainnya. Tetapi keuntungan ini dapat menjadi sebuah halangan, karena akan sulit untuk menemukan informasi spesifik untuk sebuah topik.

Website pertama kali dibuat pada tahun 1991 di CERN (European Particle Physics Laboratory atau Laboratorium Fisika Partikel Eropa), suatu lembaga bagi penelitian fisika energi-tinggi di Jenewa, Swiss. Tujuan semula untuk membantu para fisikawan di berbagai lokasi yang berbeda dalam bekerja sama (Browne,1996: 32).

Web dengan cepat berkembang ke luar lingkup masyarakat fisika energi-tinggi, karena itu CERN bermurah hati menyediakan teknologi WWW bagi masyarakat internet. Di awal tahun 1995, Laboratory of Computer Science di Massachusetts Institute of Technologi dan INRIA (French National Institute For Research in Computer Science and Control) membentuk International Worl Wide Web Consortium (Seringkali disebut WWWC atau W3C) untuk menangani perkembangan selanjutnya dari protokol dan perangkat lunak dengan keikutsertaan kelompok yang terkait pada masa depan web. Setelah publikasi web tersebut maka perkembangan web sangat pesat dan banyak digunakan oleh masyarakat luas ataupun perusahaan.

Visi dan Strategi Jurnalistik

Dalam meliput dan membuat berita (news dan views), bagian redaksi biasanya mempunyai acuan tertentu sebagai “Garis Besar Haluan Redaksi” (GBHR), yang terdiri dari visi dan misi. Dan visi dan misi tersebut mengacu pada jenis jurnalistik apa yang digarapnya, jenis-jenis jurnalistik itu sendiri meliputi :

  • Jazz Journalism. Jurnalistik yang mengacu pada pemberitaan hal-hal yang sensasional, menggemparkan atau menggegerkan, seperti meramu gosip atau rumor. 
  • Adversary journalism. Jurnalistik yang membawa misi penentangan atau permusuhan, yakni beritanya sering menentang kebijakan pemerintah atau penguasa (oposisi).
  • Government-say-so-journalism. Jurnalistik yang memberitakan atau meliput apa saja yang disiarkan pemerintah layaknya koran pemerintah.
  • Checkbook journalism. Jurnalistik yang untuk memperoleh bahan berita harus memberi uang pada sumber berita.
  • Alcohol journalism. Jurnalistik liberal yang tidak menghargai urusan pribadi seseorang atau lembaga.
  • Crusade journalism. Jurnalistik yang memperjuangkan nilai-nilai tertentu, misalnya demokrasi, nilai-nilai Islam atau nilai-nilai kebenaran (Malik, dalam Romli, 2001: 70).

Dalam kamus jurnalistik ditemukan pula istilah-istilah atau jenis-jenis jurnalistik sebagai berikut,

  • Electronic journalisme (jurnalistik elektronik), yakni pengetahuan tentang berita-berita yang disiarkan melalui media massa modern seperti film, televisi radio kaset, dan sebagainya.
  • Junket journalism (jurnalistik foya-foya), yaitu praktik jurnalistik yang tercela, yakni wartawan yang mengadakan perjalanan jurnalistik atas biaya dan perjalanan yang berlebihan yang diongkosi di pengundang.
  • Gutter journalism (jurnalistik got), yaitu teknik jurnalistik yang lebih menonjolkan pemberitaan tentang seks dan kejahatan. 
  • Gossip journalism (jurnalistik kasak-kusuk), yaitu jurnalistik yang lebih menekankan pada berita-berita kasak-kusuk dan isu yang kebenarannya sangat diragukan (“koran gosip”).
  • Development journalism (jurnalistik pembangunan), atau dalam istilah kita “pers pembangunan”, yaitu jurnalistik yang mengutamakan peranan pers dalam rangka pembangunan nasional negara dan bangsanya (Assegaf, dalam Romli, 2001: 71).

Penentuan visi dan misi sebuah penerbitan (media massa) penting artinya untuk menjadi pedoman jajaran redaksi dalam menjalankan tugasnya.

Visi sebuah media antara lain dapat dilihat dan dituangkan dalam tajukrencana media tersebut. Karena, lewat tajukrencanalah biasanya sebuah media menunjukkan sikap secara jelas atas sesuatu masalah. Misi sebuah media dijabarkan dalam rubrikasi. Misi ini pula yang menentukan pangsa pasar mana yang dituju media tersebut.

Handbook for Third World Journalists

Jack Lule menulis artikel khusus disunting Albert L. Hester, dalam buku Handbook for Third World Journalists (USA, 1987), tentang nilai–nilai berita di tiga negara: Dunia Pertama (negara–negara liberal), Dunia Kedua (negara–negara komunis), dan Dunia Ketiga (negara–negara berkembang).

a. Dunia Pertama

Nilai-nilai berita di Dunia Pertama adalah ketepatan waktu (actual), kedekatan jarak, tokoh atau tentang orang penting, peristiwa luar biasa atau keanehan, mengandung human interest, dan pertentangan. 

b. Dunia Kedua

Nilai-nilai berita di Dunia Kedua adalah selain aktualitas, dekatnya peristiwa, dan penampilan tokoh–adanya makna penting ideologis (sejalan dengan kepentingan Marxisme–Leninisme), kegiatan partai komunis, tanggungjawab sosial berupa pengukuhan keyakinan sosialis, pendidikan (perintah, propaganda), perhatian manusia (mengangkat kaum buruh).

c. Dunia Ketiga



Nilai-nilai berita di Dunia Ketiga adalah pembangunan (kemajuan program pemerintah, membuat jalan baru, pembangunan ekonomi), tanggungjawab sosial (kesatuan nasional, stabilitas, kepentingan negara), integritas nasional, serta pendidikan (informasi kesehatan, pertanian, kegiatan kebudayaan). (Lule dalam Romli, 2003:40)

Faktual, Penting, Menarik

Faktual

Faktual yakni informasi tentang sebuah fakta (fact), benar–benar terjadi bukan fiksi (rekaan, khayalan, atau karangan). Fakta muncul dari kejadian nyata (real event), Pendapat (opinion), dan pernyataan (statement).

Sebuah peristiwa, baik berupa kejadian maupun ucapan orang dapat menghasilkan fakta. Suatu berita harus berisi informasi yang sesuai dengan keadaan sebenarnya atau laporan mengenai fakta sebagaimana adanya.

Penting

Penting disini menyangkut dua hal. Besar–kecilnya ketokohan orang yang terlibat dalam peristiwa (Prominence). Peristiwa yang melibatkan orang yang penting selalu menarik perhatian orang. Tokoh, pejabat, politisi, artis atau sosok terkenal lainnya, dalam dunia jurnalistik disebut “pembuat berita (news maker).

Dalam konteks demikian, rumus “jika anjing menggigit orang bukan berita, orang menggigit anjing itu baru berita” tidak berlaku. Pasalnya, jika yang digigit itu orang ternama tentu bisa menarik perhatian atau layak dijadikan berita.

Kedua, besar-kecilnya dampak peristiwa pada masyarakat (consequences). Artinya peristiwa yang menyangkut kepentingan orang banyak atau berdampak pada masyarakat. Misalnya peristiwa yang akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat secara luas, atau dinilai perlu diketahui dan diinformasikan kepada orang banyak, misalnya kebijakan pemerintah tentang kenaikan BBM, banjir, kemacetan, lalu lintas, cuaca, dan sebagainya.(Romli,2003:36–37)

Menarik

Menarik, artinya memunculkan rasa ingin tahu (curiousity) dan minat membaca (interesting). Peristiwa yang biasanya menarik perhatian pembaca–di samping aktual, faktual, dan penting–juga bersifat :

1. Menghibur, yakni peristiwa lucu atau mengandung humor yang menimbulkan rasa ingin tertawa atau minimal senyum.

2. Mengandung keganjilan, peristiwa yang penuh keanehan, keluarbiasaan, atau ketidaklaziman, misalnya kambing berkaki lima, dan sebagainya.

3. Memiliki unsur kedekatan (proximity). Peristiwa yang dekat baik secara geografis maupun emosional. Kedekatan geografis adalah jarak tempat peristiwa dengan tempat tinggal minoritas pembaca. “Berita itu dekat” kata Helter. “pembaca ingin mengetahui sesuatu mengenai benua mereka, negeri, negara bagian, kabupaten, kota, lingkungan warga, jalan, atau mungkin sekali tetangga mereka.” Emosional artinya kedekatan pribadi, misalnya hubungan keluarga, kesukuan, kebangsaan, atau ikatan persaudaraan karena sesama Muslim (ukhuwah islamiyah). Misalnya peristiwa pemulangan TKI ilegal oleh pemerintah Malaysia, penyiksaan tentara Israel terhadap Muslim Palestina, dan sebagainya.

4. Mengandung human interest. Yakni peristiwa yang menyentung emosi, menggugah perasaan, atau membangkitkan simpati. Misalnya peristiwa tentang kondisi korban banjir, korban tabrakan, suka–duka seorang penjaga rel kereta api dan sebagainya. Berita human interest, bisa dimaknai sebagai hal yang membangkitkan rasa gembira, marah, dan jengkel. Biasanya, peristiwa yang menyentuh emosi disajikan dalam feature berita.

5. Mengandung unsur seks. Yakni peristiwa yang berkaitan dengan kebutuhan biologis atau nafsu seksual manusia. Karena bernilai berita tinggi (diminati banyak orang), bahkan banyak media massa yang khusus menyajikan informasi tentang seks (media porno) dan menjadi “Koran kuning” (yellowpapers) penganut jurnalisme got (gutter journalism), yakni lebih menonjolkan pemberitaan tentang dunia hitam–seks dan kriminalitas.

6. Konflik, pertentangan, dan ketegangan. Misalnya peristiwa tawuran antarwarga, peperangan, perpecahan di tubuh pemerintahan atau partai politik, dan sebagainya.(Romli, 2003:38–39)

Aktual

Aktual dalam bahasan latin in actu, berarti suatu kejadian yang sedang terjadi, sedang dalam pembentukan kejadian lain dari yang lain (news), Aktual artinya peristiwa terbaru, terkini, atau hangat (up to date), sedang atau baru saja terjadi (recent events).(Romli,2003:35-36).

Menurut U. de Volder, OFM : De ethiek van de pers, disimpulkan bahwa sesuatu memperoleh nilai aktual adalah

1. Sedang terjadi
2. Jarang terjadi
3. Mempunyai hubungan dekat antara komunikator dengan komunikan yaitu hubungan waktu maupun tempat (relevansi)
4. Menarik perhatian (Ferdinand Enke Verlang Stuttgar, dalam Susanto, 1959:59)

Peristiwa yang baru terjadi tentu akan menarik perhatian pembaca. Suatu surat kabar apabila tidak cepat menyajikan informasi terkini akan ditinggalkan pembacanya, karena itulah, jam kerja wartawan 24 jam sehari. Karena peristiwa yang muncul seringkali tidak dapat diduga atau sembarang waktu.

Menurut H.J. Prakke dan Walter Hagemann dalam Susanto, membagi aktualitas ke dalam :

1. Aktualitas Primer
Kejadian yang lain dari yang lain, karenanya menarik perhatian, yang baru terjadi: makin cepat kejadian diberitakan, makin tinggi nilai aktualitasnya. Khususnya nilai aktualitas primernya.

2. Aktualitas Sekunder
Aktualitas yang walaupun terjadi dalam masa lampau, masih tetap mempunyai nilai aktual, diantaranya perkembangan–perkembangan agama, sejarah dan penemuan-penemuan sejarah sebagaimana penggaliannya sebagai hal yang aktual.

3. Aktualitas Tersier
Aktualitas yang terjadi dalam masa lampau tetapi dibuat aktual dengan memberikan dan menambahkan hal–hal yang baru.

4. Aktualitas Relatif
Suatu kejadian yang memperoleh nilai aktual terbatas pada segolongan ataupun sebagian penduduk saja. Contoh : penemuan–penemuan dalam bidang kedokteran merupakan sesuatu yang aktual untuk kalangan kedokteran dan kurang dinilai aktual di luar kedokteran.

5. Aktualitas Tersembunyi
Adalah umpamanya berita–berita yang oleh kalangan penguasa (penjajah) tidak diizinkan untuk disebarkan, akan tetapi cepat atau lambat, akhirnya menyebar juga melalui saluran–saluran lain di luar saluran terbuka. (Hagemann dalam Susanto,1959:25–26 )

Peran dan Fungsi Jurnalistik

Berbagai peranan dan fungsi jurnalistik memperlihatkan apa yang dapat dilakukan oleh pers dan media massa sebagai agen perubahan sosial dan pembaharu masyarakat. Dalam hubungannya dengan pencarian informasi kemudian menyebarluaskannya kepada khalayak, secara umum, untuk lebih jelasnya dijabarkan sebagai berikut :

1. To Inform adalah memberikan informasi atau kabar kepada masyarakat atau pembaca melalui tulisan–tulisannya pers memberikan informasi yang beraneka ragam. 

2. To educate adalah memberikan pendidikan melalui tulisan atau pesan yang mendidik masyarakat atau audience pembaca. 

3. To controle adalah memberikan berbagai kritik membangun kepada pihak-pihak yang melakukan penyimpangan, mempunyai pengaruh yang sangat kuat dan luas. Karena lembaga pers sebagai kekuatan keempat. Dalam kaitannya sebagai pilar keempat (the fourh state) dalam sistem politik–ekonomi, pers dan jurnalistik berfungsi sebagai Penyalur aspirasi masyarakat banyak yaitu Pembentuk kecendrungan (trend setter) pendapat masyarakat, Kelompok penekan (pressure group) yang dapat turut mempengaruhi dan mewarnai kebijakan politik negara (public policy decision making), pembela kebenaran dan keadilan.(Samantho,2002:64) 

4. To bridge adalah penghubung atau menjembatani antara masyarakat dengan pemerintah begitupun sebaliknya. 

5. To entertaint adalah memberikan hiburan, kepuasan, kesenangan, keberhasilan. 

Jika dicermati bahwa “Jurnalistik”, dan “Media Massa”, sama–sama bermuara pada dunia kewartawanan dan kepenulisan. Kedua istilah itu berkaitan erat satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Perbedaan makna di antara istilah itu sebagai berikut : Pengertian Jurnalistik lebih mengarah pada “aktivitas” atau proses kerja kewartawanan dan kepenulisan. Media massa mengarah pada benda atau “produk aktivitas” tersebut tempat dituangkan atau disiarkannya aktivitas kewartawanan dan kepenulisan.

Dalam kegiatan jurnalistik, ciri dan sifat media sangat berpengaruh pada komponen-komponen komunikasi lainnya. Oleh karena itu baik, jurnalistik surat kabar akan berbeda dengan jurnalistik majalah, dan berbeda pula dengan jurnalistik radio serta berbeda pula dengan jurnalistik televisi dan tentunya ada kesamaan diantara keempat ciri dan sifat jurnalistik, sebagai berikut :

1. Periodisitas 
Dalam suatu penerbitan pers, hasilnya surat kabar harus diselenggarakan secara teratur dan terus menerus, muncul dengan nama surat kabar harian, mingguan dan tengah bulanan.

2. Universalitas 
Surat kabar ditujukan untuk kepentingan umum yang disebarluarkan keseluruh lapisan masyarakat, surat kabar tersebut berisi berita–berita mengenai segala aspek kehidupan manusia, mulai dari politik, ekonomi, perdagangan, sosial budaya, olah raga sampai pada hal yang terkecil. 

3. Objektivitas
Merupakan nilai etik dan moral yang harus dipegang teguh oleh surat kabar dalam menjalankan profesi jurnalistiknya, sehingga berita yang disuguhkan dapat dipercaya dan menarik perhatian pembaca serta menyajikan hal–hal yang faktual apa adanya, sehingga kebenaran isi berita yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan. 

4. Afinitas 
Adanya hubungan timbal balik antara penyelenggara surat kabar dengan pembacanya sehingga komunikasi dapat berlangsung dua arah mulai dari berita–berita yang disajikan oleh penyelenggara surat kabar dengan keinginan pembaca.(Palapah,1983:110).

Jurnalistik

Komunikasi dan jurnalistik merupakan suatu studi spesialisasi ilmu yang tidak dapat dipisahkan karena kegiatan tersebut merupakan bagian dari komponen komunikasi yang terdapat pada bentuk atau scope komunikasi, jurnalistik sebagai Ilmu Komunikasi Massa terdapat dalam bentuk komunikasi. Studi komunikasi terdiri dari 3 katagori 

“Bentuk Spesialisasi 
1. Media 
2. Efek 
3. Bentuk spesialisasi komunikasi 

a. Komunikasi antar persona yaitu pernyataan manusia yang ditujukan kepada sasaran tunggal 
b. Komunikasi kelompok yaitu pernyataan manusia yang ditujukan kepada kelompok tertentu atau suatu kumpulan manusia yang mempunya antar hubungan sosial yang nyata 
c. Komunikasi massa yaitu pernyataan manusia yang ditujukan kepada massa”. (Palapah, 1983:11). 

Media massa (TV, Radio, Koran dan Majalah), identik dengan sarana penampilan dan penyebaran hasil kerja jurnalistik. Oleh karena itu dari segi kegiatannya Jurnalistik sering disamakan dengan pers yaitu kegiatan kewartawanan dalam mencari, menyusun, menulis, menyunting dan menerbitkan (mempublikasikan) berita di media massa (baik cetak maupun elektronik). 

Dilihat dari sejarahnya, jurnalistik dimulai dengan adanya “acta diurna”, yang artinya “kegiatan dari hari ke hari”, istilah itu lahir pada jaman Romawi; jaman pemerintahan Julius Caesar, saat itu di lokasi kerajaan dipasang papan putih yang kerap ditempelkan pengumuman-pengumuman atau berita–berita khususnya senat (acta senatus) dan laporan–laporan Dewan Perwakilan Rakyat (acta diurna). Karena adanya permintaan dari masyarakat kemudian pengumuman meluas dan disahkan dan disebarluaskannya melalui “kurier”, kurier itulah yang pada akhirnya disebut “diurna” atau “diurnarius”. 

Sedangkan kata Jurnalistik sendiri pada dasarnya berasal dari bahasa Belanda “journalistiek” yang dalam bahasa Inggrisnya “journalism” yang bersumber dari perkataan “journal” terjemahan dari bahasa Latin “diurna” yang berarti “harian atau setiap hari”. Jurnalistik berasal dari kata journalism (Inggris), berasal dari journal atau de jour (Prancis), berarti catatan atau berita harian di mana segala berita pada hari itu termuat dalam lembaran (kertas) yang terceta. Semua berita tercetak di atas kertas dengan mesin cetak press maka istilah pers digunakan untuk kegiatan yang sama dengan jurnalistik. 
“Jurnalistik berarti kegiatan mengelola berita, mulai dari peliputan peristiwa melalui penyusunan pesan berita sampai penyebaran berita yang sudah tuntas kepada khalayak. Komunikasi jurnalistik adalah komunikasi yang berkaitan dengan kegiatan pemberitaan melalui media massa pers, radio dan televisi”. (Effendy,1989: 195.)
Secara gamblang jurnalistik didefinisikan sebagai keterampilan atau kegiatan mengulang bahan berita mulai dari peliputan sampai kepada penyusunan yang layak disebarluaskan kepada masyarakat. Adapun keterampilan itu sendiri meliputi kegiatan mencari, mengumpulkan, menyeleksi dan mengolah informasi yang mengandung nilai berita serta menyajikan kepada khalayak melalui media massa periodik baik cetak maupun elektronik.

Teori kenapa jadi MISSCOM (ga nyambung)

"Komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti bagi individu-individu” William Albig
Komunikasi itu sangat berarti, komunikasi kita terhadap teman, adik, kakak, suami, ayah, ibu, dll.

Dalam buku Human Behavior, Benard Berelson dan Garry A. Stainer mendefinisikan komunikasi sebagai berikut :
Komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, informasi, keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan lambang-lambang atau kata-kata, gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain. Kegiatan atau proses penyampaiannya biasanya dinamakan komunikasi (Ruslan, 2002: 17).

Menurut pendapat ahli yang lainnya, “Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media” (Effendy, 1992 : 5).

Komunikasi akan timbul apabila terdapat saling pengertian antara pengirim dan penerima sehingga terdapat suatu pemahaman.
Bukan berarti bahwa kedua belah pihak harus menyetujui sesuatu gagasan tersebut, tetapi yang penting adalah kedua belah pihak sama-sama memahami gagasan tersebut. Dalam keadaan seperti itu maka komunikasi dapat dikatakan berlangsung dengan baik.
Melalui pemahaman bersama tersebut, tujuan komunikasi adalah adanya perubahan sikap. Melalui pemahaman gagasan bersama diharapkan dapat memberikan rangsangan bagi perubahan sikap yang dilakukan oleh penerima (Komunikan) sesuai dengan tujuan pengirim (Komunikator).
PEMAHAMAN itu sangat penting! Tak jarang komunikasi tidak nyambung bisa membuat petaka..
Coba teman ingat-ingat pernahkah karena bicara atau sms atau bbm ke seseorang maksudnya baik tapi ternyata ditangkapnya tidak baik atau malah balasannya tidak sesuai maksud. Komunikasi menjadi tidak efektif.
Beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa komunikasi tidak selalu efektif karena terdapat kendala yang menghambatnya. Terdapat berbagai hambatan komunikasi menurut Effendy (1993: 45-49) yaitu :
  • Gangguan

Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi. Menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik (Mechanical, channel noise)  atau gangguan pada channel komunikasi dan gangguan sematic (Sematic noise). Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Sementara gangguan semantik bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai pengertian istilah atau konsep yang disampaikan komunikator yang diartikan lain oleh komunikan sehingga menimbulkan kesalahpahaman.
  • Kepentingan

Kepentingan atau interest akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang akan hanya memperhatikan perangsang yang ada hubungan dengan kepentingannya, karena kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian, tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita akan merupakan sikap reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.
  • Motivasi terpendam

Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhannya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang, maka kemungkinan komunikasi tersebut diterima semakin besar ataupun sebaliknya.
  • Prasangka


Prasangka atau prejudice merupakan salah satu hambatan dalam suatu komunikasi. Orang yang mempunyai prasangka telah berprasangka yang tidak baik pada awal komunikasi dilancarkan oleh komunikator sehingga sulit bagi komunikator untuk mempengaruhi komunikan. Prasangka komunikan menjadikannya berpikir tidak rasional dan berpandangan negatif terhadap komunikasi yang sedang terjadi. 

Semoga bermanfaat dan komunikasi selalu nyambung, pesan penulis.
Andria 

Cegah stres dgn Taubat

Rasulullah Saw bersabda:

Setiap orang (keturunan Adam) pasti pernah berbuat salah, dan sebaik-bainya orang yang berbuat salah (dosa), adalah mereka yang mau mengakui kesalahannya (bertaubat).
(HR. Ahmad, At Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Ad-Darimi)

Secara psiklogis seseorang yg berbuat salah atau dosa akan menyebabkan dirinya dihantui perasaan bersalah. Perasaan ini muncul dari alam bawah sadar yang dapat menimbulkan kegelisahan dan kecemasan, istilah dalam psikoanalisis disebut moral anxiety (kecemasan moral). Moral anxiety dapat membuat jiwa seseorang menjadi terganggu atau stres.

Jalan keluarnya dari permasalahan ini adalah dengan bertaubat, yakni dengan mengakui dan memohon maaf atas kesalahan yang telah diperbuatnya dengan kesungguhan hati dan bertekad untuk tidak mengulanginya di kemudian hari.

Allah SWT berfirman:

"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." (QS Ali Imran:135)