Kamis, 14 Agustus 2014

Mencoba menulis mengenai sosok 'bidadari', sok tahu nih...

"Ma...Doakan ya ma gola mau seminar skripsi nih " sambil mencium tangannya..

"Ma...minta uang buat fotokopi skripsi dan ngeprint " Ma...gola mau ke perpustakaan mau minjem buku buat skripsi minta ongkos buat kesananya..."Ma...ada yang harus gola kerjain tentang skripsi...."sambil meminta dengan tangan ? ngerti kan maksudnya...

Ibunda hanya menjawab dengan senyuman yang begitu indah dan tulus..."Kalau segini cukup ga, La ?"

InsyaAllah dicukup-cukupin mah..."

Sering banget anakmu ini meminta...kapan yah..bisa memberi ??? pertanyaan hatiku saat ini...Ternyata skripsi itu tak hanya membutuhkan buku, laptop, internet, dosen, hp, motor, tapi juga yang terpenting adalah adanya sosok yang bisa memberi semangat dan perhatian, sosok yang selalu memberi teladan dan mengingatkan apabila lupa atau salah, memanjatkan doa untuk bisa mencapai keberhasilan dan banyak hal lain..pokoknya ingin yang terbaik buat saya..Sosok ini kutemui oleh ibunda dan bapakku tercinta...

Ibunda yang selalu memberi semangat ketika anakmu ini sering mengeluh di rumah "ADUUUUUHHHHHHHHH STRESSSSSSSSSSSSS"gara-gara skripsi nih...Lalu ibunda mengatakan dengan rasa sayang "jangan stres la...masa orang yang rajin sholat bisa stres..."Jangan kalah ama orang yang ga pernah sholat" mungkin maksudnya kalau stres apa bedanya dong orang yang selalu berdoa kepada Rabbnya untuk dimudahkan dalam skripsi dengan orang yang ga pernah berdoa?...astaghfirullah...benar perkataan ibunda mungkin sholat saya belum khusyu, mungkin ibadah saya masih terlalaikan dengan skripsi terutama masalah waktu...astaghfirullah...

Ibunda juga yang selalu memberi perhatian "perlu apa La..mama mau pergi...ga ada perlu apa-apa lagi sama mama...?"Awas ada yang ketinggalan ga ?"Sudah makan belum ?...bahkan setiap anakmu ini mau pergi ke kampus buat skripsi...ibunda selalu menemani di halaman, melihat anakmu pergi dengan motornya terlebih dahulu baru ibunda masuk kedalam rumah...

Tak jarang kulihat ibunda menengadahkan tangannya kepada Sang Khalik.. sambil melantunkan doa untuk anakmu ini agar berhasil kuliahnya...agar sukses kehidupannya...dipermudah skripsinya...

Teringat sebuah hadits bahwa doa orang tua kepada anaknya itu mustajab...

Dari Abu Hurairah berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Ada tiga doa yang tidak diragukan kemustajabannya, yaitu, doa orang yang dizhalimi (dianiaya), doa orang musafir, dan doa kedua orang tua kepada anaknya.”
Hasan, di dalam kitab Ash-Shahihah (598), (Abu Daud: 8-Kitab Ash-Shalat, 29- Bab Ad-Doa’u Bizhahril Ghaibi, At-Tirmidzi, 25- Kitab Al Birru wash-Shilah, 7- Bab Ma Ja^afi Da’watil Walidaini. Ibnu Majah: 34- Kitab Doa\ 11- Bab Da’watul-Walid Da’watul Mazhlum, hadits 3862).

Tak tahan Air mata pun ikut turun dengan kerendahan hati...ketulusan cinta...kasih sayang ibunda kepada anaknya...

"La...Sok atuh Cepet Lulus" perkataan Ibunda tercinta kepada sang anak yang keliatan sibuk mengerjakan skripsi..Saking sibuknya anakmu ini jarang bertanya gimana bunda kabarnya, perlu dibantu apa...yang ada pulang dari kampus, atau rumah sakit buat penelitian, atau cari bahan di perpustakaan...langsung deh..naik ke atas ..ke kamar dan diem di sana...tidur kalau cape...atau mengetik lagi didepan laptop...lempeng...weeeh.....astaghfirullah....

Kutemukan sebuah kisah yang mungkin sudah pernah membacanya..dalam sebuah Hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Ibnu Umar.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Pada suatu hari tiga orang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka ada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi pintu gua. Sebagian mereka berkata pada yang lain, ‘Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan’.

Kemudian mereka memohon kepada Allah dan bertawassul melalui amal tersebut, dengan harapan agar Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu diantara mereka berkata,  "Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai istri dan anak-anak yang masih kecil. Aku mengembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada kedua orang tuaku sebelum orang lain.

Suatu hari aku harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang telah larut malam dan aku dapati kedua orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang aku perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah keduanya minum lalu kuberikan kepada anak-anaku. Ya Allah, seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik karena Engkau ya Allah, bukakanlah."  Maka batu yang menutupi pintu gua itupun bergeser.

Ya Allah...Ampunilah hambamu ini...teringat kembali akan sebuah hadits yg diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Datang seseorang kpd Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kpd siapakah aku hrs berbakti pertama kali ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ibumu!’ Ia berta lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ibumu!’, Orang tersebut berta kembali, ‘Kemudian siapa lagi, ‘Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Bapakmu’ “[Hadits Riwayat Bukhari (AL-Ftah 10/401) No. 5971, Muslim 2548]
Astaghfirullah...Sering saya mengeluh ketika ibunda meminta atau menyuruhku...padahal ibunda tak pernah mengeluh dengan permintaan anakmu ini...

Teringat pesan Imam Adz-Dzhabai dalam kitab Al-Kabair berkata :

“Ibumu telah mengandungmu di dalam perut selama sembilan bulan seolah-olah sembilan tahun. Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yg hampir saja menghilangkan nyawanya. Dan dia telah menyusuimu dari teteknya, dan ia hilangkan rasa kantuk krn menjagamu. Dan dia cuci kotoranmu dgn tangan kanannya, dia utamakan dirimu atas diri serta atas makanannya. Dia jadikan pangkuan sebagai ayunan bagimu. Dia telah memberikannmu semua kebaikan dan apabila kamu sakit atau mengeluh tampak dari kesusahan yg luar biasa dan panjang sekali kesedihan dan dia keluarkan harta untuk membayar dokter yg mengobatimu dan seandai dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya kamu hidup dgn suara yg paling keras.
Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dgn akhlak yg tdk baik. Dia selalu mendo’akanmu dgn taufiq, baik secara sembunyi maupun terang-terangan. Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat di sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang yg tdk berharga disisimu. Engkau kenyg dalam keadaan dia lapar. Engkau puas dalam keadaan dia haus. Dan engkau mendahulukan beruntuk baik kpd istri dan anakmu dari pada ibumu. Dan engkau lupakan semua kebaikan yg pernah dia untuk. Dan rasa berat atasmu memelihara padahal ialah urusan yg mudah. Dan engkau kira ibumu ada di sisimu umur panjang padahal umur pendek. Engkau tinggalkan padahal dia tdk punya penolong selainmu.

di dalam Al-Qur'an surat Al-Ahqaf ayat 15 dan surat Luqman ayat 14 digambarkan betapa besarnya penderitaan ibu...

Astaghfirullah..Ya Allah ampunilah hamba...ketika ku meminta kepada ibunda...ibunda memberikannya tanpa beban, sambil mendoakan agar anaknya cepet lulus..tapi ketika ibunda meminta atau menyuruh, "La...tolongin mama..." "La...tolong kesini dulu sebentar.." tapi anakmu mengatakan tunggu ma...tanggung nih lagi ngetik skripsi...aduh..mah...lagi skripsi..."dan banyak alasan-alasan lain yang diutarakan...astaghfirullah...apakah itu bentuk syukurku kepada Allah atas karuniaNya memberikanku seorang bidadari ibu...

Apakah tidak pernah berpikir bagaimana dengan seorang anak yang dari kecil ditinggal ibunda...Apakah tidak pernah mencoba berempati dengan seorang anak yang tak bisa merasakan nikmat yang kau rasakan, nikmat perhatian, kaih sayang, nikmat cinta sorang ibu...dan banyak sekali nikmat yang Allah berikan lewat ibunda...dan Apakah tidak sadar bahwa kehidupan ini begitu singkat...roda waktu ini terus berputar tidak jarang ditemukan ibunda yang sudah tidak berada disamping anaknya...mungkin sejak smp, sma, atau perguruan tinggi...

tidakkah kau liat keriput di muka ibunda menandakan usianya sudah tua, tidak kah kau liat kelemahan ibunda ketika hendak mengangkat air untuk minum pun harus dengan tenaga lebih, tidak kah kau liat ibunda yang berjalan dengan pelan-pelan karena kekutan ototnya sudah melemah..Dan masih banyak pertanyaan....yang menyadarkan akan nikmat Allah melewati Ibunda...

Segala perbuatan ibunda tak bisa di balas...mau dengan harta kita...dengan kelulusan anaknya yang Sarjana...dengan predikat cumlaude...dengan bekerja yang gajinya ber juta berjuta...TIDAK AKAN PERNAH BISA MEMBALAS JASA IBU...

"Hendaklah kamu bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Kulah semuanya akan kembali" (Luqman 14)

Masih banyak yang ingin kutulis di sini...tapi...aplikasi yang harus lebih banyak...perbuatan nyata....berbakti kepada ibunda...ibunda...ibunda...dan ayahanda....Sebelum semuanya terlambat dan menyesal...sebelum suaranya...akan menjadi suara yang paling ku RINDUKAN...

Ya Allah...Bahagiakanlah ibuku dan sayangilah ibuku sebagaimana ibuku menyayangiku sejak dalam rahim ibuku...

Untukmu doa tulus dari anak mu ini...

Ya Allah... 
Indahkan kepada kedua orang tuaku ucapanku
Haluskan kepada mereka tabiatku
Lembutkan kepada mereka hatiku
Jadikan aku orang yang sangat mencintai mereka

Ya Allah...
Balaslah kebaikan mereka karena telah mendidikku
Berikan ganjaran kepada mereka karena telah memuliakanku
Jagalah mereka sebagaimana mereka memeliharaku pada masa kecilku

Ya Allah....
Jangan biarkan aku lupa untuk menyebut mereka sesudah shalatku
pada saat-saat malamku, pada saat-saat siangku


Wallahu A'lam...
Mohon maaf apabila ada kesalahan...tolong diperbaiki....Syukron Jazakillah...
Terima kasih untuk ibunda...dan semua Ibu, juga calon Ibu selamat menjadi seorang BIDADARI....

Kutulis 6 Mei 2009

Kehidupan…

Rasanya kehidupan tak begitu indah ketika Engkau tak memberiku cinta, tak kusangka banyak yang kulewati dengan sia-sia usia ini , bermuka manis dengan hati yang pahit…lisan selalu baik dan menjadi panutan orang lain tapi…kuucapkan tak kukerjakan…rasanya kehidupan ini kan menjadi kelam tanpa kehadiran-Mu…kosong jiwa ini bagaikan rapuhnya rumah tua di tengah hutan, tak ada siapapun, gelap, bau dan busuk.oh..apakah ini yang disebut maksiat, tak nikmat tapi dinikmati…siapapun , dimanapun, dan kapanpun dilakukan tanpa merasa malu oleh-Nya.

Astagfirullah..ampunilah saya yang tak kuasa menahannya dengan kesabaran yang penuh usaha, awalnya hanya sebuah lintasan pikiran tapi kupikirkan dan akhirnya tangan dan kaki pun bergerak memenuhi panggilan hawa nafsu…sebentar saja tapi berefek sepanjang diri ini masih mengingat.

Sungguh apa daya saya bukanlah siapa-siapa, tak bisa apa-apa, dan tak tahu sesuatu.itu hanyalah alasan dari kebodohan diri ini…sekiranya dulu selalu mengingatMu dan berusaha dengan kekuatan yang Engkau berikan ,mungkin saya sudah menjadi kekasihMu…

Sekarang saya harus memadamkan kobaran dosa yang dapat mengantarku kedalam siksamu di kobaran api neraka yang begitu dasyatnya.Ku tiup mulai hari ini dan takkan kunyalakan kembali walau dalam kegelapan yang sesaat, bagaikan malam yang kan berganti pagi dan siang yang cahaya kan menerangi diri berlumur dosa…insyaAllah..kan kuawali mulai saat ini, mulai dari hal yang kecil dan mulai dari diri ini…Semua Kuasa Mu..berilah saya hidayahMu…untuk dapat menjadi kekasihMu…Amin.

Wallahu a’lam bishawab.

Ga LULUS bukanlah keGAGALan bung!, berTawakallah.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Allah Mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” 

(Al-Baqarah ayat 216).

Ada kutipan kisah yang penulis ambil dari sebuah buku “Pesan Moral Al-Qur’an dan Bukti Kebenarannya”, Drs. H. Muchtarom, M.Ag.

Andi adalah salah seorang siswa di sekolah SMU unggulan di kota Bandung. Ia seorang bintang kelas dan rajin beribadah kepada Allah swt. Ia sangat optimis lulus ketika mengikuti ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri (sekarang namanya SNMPTN).

Tetapi apa yang terjadi? Ia mengalami kegagalan. Padahal, teman-teman yang rangkingnya di bawah Andi banyak juga masuk ITB.

Menghadapi kegagalan tersebut ternyata ia tidak putus asa, malah semakin rajin belajar dan berdoa kepada Allah swt. Ia berkesimpulan bahwa ia tidak lulus karena kurang belajar dan kurang berdoa kepada Allah. Pada tahun berikutnya ia mengikuti ujian Perguruan Tinggi Negeri lagi (SNMPTN bukan SMUP lho!!), namun ternyata ia gagal lagi.

Menghadapi kegagalan yang kedua kalinya ini, ia putus asa. Tidak mau belajar lagi, bahkan marah kepada Allah. Untuk apa beribadah ? Untuk apa berdoa ? toh hasilnya sama saja. Dengan tanpa persiapan sama sekali, tahun berikutnya ia mencoba lagi ikut ujian SNMPTN, namun hasilnya pun sama, gagal.

Sementara itu teman-temannya sudah tingkat tiga di ITB. Suatu ketika, ia iseng mengikuti tes masuk pegawai NURTANIO (kini PT Dirgantara Indonesia) dan ternyata di terima. Setelah menjadi pegawai NURTANIO ada tawaran untuk mengikuti tes belajar ke Jerman Barat, ia pun diterima. Dalam waktu yang relative singkat, ia berhasil menyelesaikan studi S3-nya dan pulang sambil membawa gelar Doktor, sementara teman-temannya yang ITB baru mendapat gelar insinyur.

Subhanallah, Dari True Story di atas , kita dapat mengambil hikmah bahwa di balik musibah yang menimpa seorang muslim, ternyata Allah berkehendak baik kepadanya. Namun kadang-kadang kita tidak tahu apa sebenarnya maskud Allah memberikan musibah tersebut. Baru kita ketahui hikmahnya setelah sekian puluh tahun kemudian. Bahkan kita berprangsaka buruk kepada Allah, padahal sebenarnya Allah bermaksud baik kepada kita.

Maha Suci Allah.. Saudaraku, hikmah apa yang bisa saudara ambil dari cerita tersebut ? penulis sendiri ketika membacanya malu menyelimuti diriku, malu kepada kebesaran Allah, Allah yang Maha Berkuasa Ya Malik. Diriku malu ketika sering mengeluh dengan ujian-ujian yang Allah berikan, padahal ujian tersebut adalah kebaikan buat kita. Allah Maha Rahman dan Rohiim saudaraku, Allah Maha Mengetahui Ya ‘Aliim…mengetahui kebaikan buat diri kita. Mungkin kita pun pernah merasa kurang percaya diri dengan Takdir Allah, padahal segala sesuatu yang terjadi di seluruh alam semesta ini berada dalam kehendak-Nya. Pasti ada Hikmah yang tersimpan dalam ujian hidup atau persoalan dan setiap masalah, asalkan kita benar-benar dekat Allah swt. sehingga Allah akan memberikan petunjuk, dan membuka tabir hikmah dari setiap kejadian..

Romantika perjalan hidup manusia memang tidak berjalan lurus, kadang naik kadang juga turun.


Imam Ghozali mengibaratkan kehidupan manusia seperti orang yang naik turun bukit. Pada satu kesempatan berada di atas, tetapi pada kesempatan lain berada di bawah. Pada satu kesempatan berada dia atas, ingatlah! Sebentar lagi saudara akan turun ke bawah. Tetapi di saat anda mendapat kesusahan, cobalah tersenyum sedikit sebagai pertanda bahwa anda akan mendapatkan kebahagiaan.Tiada kebahagiaan yang hakiki di dunia ini, adanya hanya di akhirat, yaitu surge. Begitu pula sebaliknya tiada kesedihan yang abadi, adanya ahanya di akhirat yaitu di neraka. Suka dan duka akan senantiasa dialami oleh manusia, selagi ia masih hidup di dunia.

Islam mengajarkan untuk menyertakan jiwa tawakal dalam proses pencapaian suatu cita-cita.Suatu aktivitas dan kreativitas bisa dikategorikan menggunakan tawakkal principles apabila mengandung empat unsur. (Aam Amiruddin)

Empat unsur tersebut adalah Mujahadah, Doa, Syukur, dan Sabar.

Mujahadah diambil dari kata jahada, artinya sungguh-sungguh.

“Apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. Asy-Syarh : 7-8)

Doa, merupakan permohonan kita kepada Allah swt. Allah swt memeliki kekuasaan tak terhingga sedangkan kita memiliki banyak kelemahan. Karena itu walaupun sudah mujahadah, kita harus berdoa memohon kekuatan kepada Allah agar pekerjaan bisa diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Allah swt akan menolong hamba-Nya yang selalu berdoa dan mengingat-Nya.

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat kepada pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.” (QS. Al Baqarah: 152)

Syukur, apabila mujahadah dan doa menyertai seluruh aktivitas dan kreativitas kita, insyaAllah kesuksesan yang kita raih akan mengantarkan kita kepada rasa syukur. Karena kesuksesan sering mengantarkan manusia kepada keangkuhan.

“…Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azabku amat pedih.” (QS. Ibrahim : 7)

Sabar, sabar memiliki arti tahan uji menghadapi segala bentuk cobaan. Mungkin saja kita sudah berjuang sekuat tenaga, sistematis, dan disertai doa, namun sangat mungkin hasilnya tidak seperti yang kita harapkan. Oleh karena itu, Sabar adalah obatnya. Sabar bukan pasif, tapi aktif, bukan diam, tapi bergerak. Sabar bukan diam meratapi kegagalan, tetapi sabar adalah mengintropeksi diri dan bekerja lebih baik lagi agar kegagalan tidak terulang kembali.

“….Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga (waspada/mawas diri)…” (QS. Ali Imran : 200)

Keempat hal inilah yang merupakan prinsip tawakal ayng harus melandasi seluruh aktivitas dan kreativitas kita. Apabila hal ini dilakukan, kita akan sadar bahwa kemenangan, kesuksesan, dan keberhasilan tidak akan bisa diraih tanpa pertolongan-Nya.


Wallahu a’lam…Afwan atas segala kekurangan
Ahad, 12 Sya’ban 1431 H / 25 Juli 2010.

Sucikan Diri

Qad aflaha man zakkaahaa. Wa qad khaaba man dassaahaa
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Asy-Syams: 9-10)

Allah swt. Menegaskan bahwa kalau kita ingin menjadi insan yang beruntung, harus gemar membersihkan jiwa dan menjauhkan diri dari perbuatan yang dapat mengotori jiwa.

Jika jiwa diibaratkan sebuah lampu motor maka, ketika lampu motor tersebut kotor, penuh dengan debu, tidak dipelihara atau dirawat maka tidak bisa digunakan untuk menerangi jalan, dan apabila lampu motor kita dijaga dengan baik, dirawat dan selalu dibersihkan, maka lampu motor tersebut menjadi penerang jalan.

Jalan kehidupan harus diringi dengan kesucian jiwa. Karena kesucian sebagian dari iman.
Abu Malik Al-Harits bin Ashim Al-Asy’ari r.a berkata bahwa Rasulullah Saw. Bersabda:
“Kesucian merupakan bagian dari iman, ‘alhamdulillah memenuhi timbangan, ‘ subhanallah’ memenuhi ruangan antara langit dan bumi, shalat itu cahaya, sedekah itu bukti, sabar itu sinar, Al-Qur’an itu hujah yang membela atau menghujatmu. Setiap manusia pergi bekerja. Ada yang menjual dirinya; ada yang membebaskan dirinya; ada pula yang menghancurkan dirinya.” (HR.Muslim)
“Kesucian merupakan sebagian dari iman”, Al-Ghazali menafsirkan kesucian tersebut dengan kesucian hati dari rasa dendam, hasud, iri dan penyakit-penyakit hati lainnya. Jelasnya, keimanan yang sempurna tidak akan tercapai kecuali dengan kesucian tersebut. Orang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, dia telah memperoleh setengah keimanan. Apabila hatinya suci dari berbagai penyakitnya, sempurnalah imannya. 
Sedangkan apabila hatinya tidak suci dari penyakit-penyakitnya, maka keimanannya kurang sempurna.
Sebagian ulama mengatakan barangsiapa melaksanakan shalat dengan terlebih dahulu menyucikan hatinya dan berwudhu atau mandi, berarti dia shalat dengan dua kesucian sekaligus. Sementara orang yang hanya menyucikan anggota badan yang lahir, berarti dia hanya shalat dengan salah satu kesucian. Sementara Allah Ta’ala hanya akan melihat kepada kesucian hati, sesuai dengan sabda Rasulullah Saw:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak akan melihat bentuk dan kulitmu, tetapi Dia akan melihat kepada hatimu.”
Indikasi jiwa yang kotor ialah kelemahan jiwa, dan kelemahan jiwa membuka pintu penyakit hati.

Kelemahan jiwa adalah sumber penyakit syahwat, menyebabkan seseorang tidak memiliki kemauan yang kuat yang sampai pada tingkat azam (tekad).(Membentuk Karakter Cara Islam, M. Anis Matta)

Menurut Ibnul Qayyim al-Jauzi, ketika seseorang melakukan maksiat maka dia telah menjadi tawanan syahwat. Tiada tempat yang paling sempit daripada penjara hawa nafsu. Juga tiada ikatan yang lebih keras dan lebih sukar daripada ikatan hawa nafsu. Bagaimana hati yang tertawa (penjara) bisa pergi kepada Allah di hari kemudian ? bagaimana ia harus melangkah ?

Ali bin Abi Tahlib r.a menceritakan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda, “Tiada satu hati pun kecuali memiliki awan seperti awan menutupi bulan. Walaupun bulan bercahaya, tetapi karena hatinya ditutup oleh awan, ia menjadi gelap. Ketika awannya menyingkir, ia pun kembali bersinar.” (HR.Bukhari dan Muslim).

Salah satu modal utama dari kesucian jiwa adalah ketaatan kepada Allah. Jiwa yang taat kepada Allah swt. hatinya selalu hidup dan bercahaya. Cerminannya akan membuahkan pribadi yang kuat untuk menghindari segala bentuk godaan setan yang menggoda manusia ke jalan keburukan, mengajak kepada kemaksiatan dan hembusan bisikan untuk mengotori hati sehingga bersarang berbagai macam penyakit hati.

Dari Al-Hasan, dia berkata, “Jika setan melihatmu dalam keadaan tidak taat kepada Allah, maka dia menganggapnya orang yang mati. Jika dia melihatmu senantiasa berada pada ketaatan kepada Allah, maka dia menyingkir darimu. Jika setan melihatmu sesekali begini dan sesekali begitu, maka dia kan bersemangat menggodamu.”

Semoga diri kita senantiasa menyucikan diri dari polutan-polutan yang dapat mengotori jiwa.

“Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii’alaa diinika.’

Rasulullah saw. Pernah bersabda, ‘Wahai Ummu Salamah, tidak ada seorang manusia pun kecuali qalbunya berada antara dua jari Tuhan Yang Maha Rahman. Maka siapa saja yang Dia kehendaki, Dia luruskan, dan siapa yang Dia kehendaki, Dia biarkan dalam kesesatan.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi. Menurutnya hadis ini hasan).


Wallahu A’lam
Ahad, 12 Sya’ban 1431 H, 25 Juli 2010, Jam 10.43

Tentara Ikhlas

‎"Jadilah tentara fitrah dan ikhlas, bukan untuk menjadi tentara kepentingan dan ambisi"


Ada sebuah kisah yang saya kutip dari buku (Blessing in Disguise, Dr. Khalid ‘Umar al-Disuqi)

Masalamah ibn ‘Abd al-Malik mengepung beberapa benteng-Romawi yang kokoh. Pengepungan itu sudah berlangsung sekian lama tanpa hasil. ORang-orang Romawi bersantai di dalam rumah mereka di alam terbuka, dari waktu ke waktu dilempari kematian dari segala penjuru.

Dalam pada itu, seorang prajurit diam-diam menyusun rencana membuka benteng seorang diri. Ia mengambil pacul, kemudian setiap hari selama satu jam membuat lubang di sekitar pintu benteng. Begitu seterusnya sampai keinginannya tercapai. Ia pun berhasil masuk ke dalam dan mengelabui penjaga. Dengan keberaniannya yang jarang dimiliki banyak orang, gembok dipukul dan dipecahkan. Setelah pintu terbuka, ia berteriak lantang, “Allahu Akbar…Allahu Akbar… Masuklah, wahai prajurit Allah!”

Akhirnya, Allah mencatat kemenangan bagi umat Islam. Seluruh mujahid bersukacita. Selaku panglima Perang, Maslamah ibn ‘Abd al-Malik mencari Si Penggali Lubang. Di tengah gerombolan pasukan ia berteriak-teriak, tetapi yang dipanggil-panggil tidak kunjung dating. Melihat hal itu, Maslamah dengan tegas meminta Si Penggali Lubang dating ke kemahnya sebagai wujud ketaatan kepada ulil amri. Sore hari, seseorang yang menutupi dirinya dating ke kemah Maslamah. Orang itu berkata, “Aku diutus Si Penggali Lubang. Ia menyatakan sanggup dating menghadap, tetapi dengan syarat:
Pertama, Anda jangan menanyakan namanya.
Kedua, Anda jangan memerintahkan agar diberi imbalan.
Ketiga, Anda jangan mengutusnya bertemu Khalifah.”

Sang Panglima pun menyetujui persyaratan itu. Selanjutnya, orang itu membuka kain penutup dirinya, kemudian berkata, “Akulah si penggali lubang.” Setelah itu, ia kembali ke kamp, karena tidak ingin menerima ucapan terima kasih dari orang. Sebab, ia hanya berharap balasan dari Allah Swt.
Maka, Sang Panglima senantiasa berdoa, “Ya Allah, himpunlah aku bersama Si Penggali Lubang.”

Sahabatku, Imam Hasan Al-Banna berkata,
Yang saya maksud ikhlas adalah bahwa seorang al akh hendaknya mengorientasikan perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya kepada Allah dengan mengharapkan keridhaan-Nya tanpa memerhatikan keuntungan materi, prestise, pangkat, popularitas, dan sebagainya. Dengan itulah ia menjadi tentara aqidah, bukan tentara yang hanya mencari kepentingan duniawi.

“Katakanlah,’Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.’ (QS. Al An’am : 162)
Dengan begitu, seorang al akh telah memahami makna slogan abadinya, (Allah Ghayatuna) Allah tujuan kami dan (Allahu Akbar Walillahilhamd) Allah Mahabesar dan segala puji bagi-Nya.

Sahabatku, jadilah tentara Allah atau seorang Mujahid yang memiliki keikhlasan baik dalam niat maupun dalam perbuatan. Karena sesungguhnya yang akan sampai pada Allah adalah seorang yang mengharapkan keridhaan Allah Swt. dalam mengerjakan amal dan mebersihkannnya dari setiap tipu daya dunia. Ia tidak mencampuradukkan amalnya dengan keinginan-keinginan sesaat untuk memenuhi hawa nafsunya, menginginkan materi, kedudukan, harta, popularitas, ingin terpandang di hadapan manusia, ingin dipuji, lari dari celaan, mengikuti bisikan nafsu, dan masih banyak lagi penyakit hati lainnya yang merupakan aib apabila diketahui orang lain.

“Sesungguhnya diterimanya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya sebagai hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa berhijrah karena dunia yang akan ia peroleh atau wanita yang hendak dinikahinya, maka ia akan mendapati apa yang ia tuju.” (HR.Bukhari dan Muslim)

“Agama adalah keikhlasan. Kami lalu bertanya, “Loyalitas kepada siapa, ya Rasulullah?” Rasulullah Saw menjawab, “Kepada Allah, kepada KitabNya (Al- Qur’an), kepada rasulNya, kepada penguasa muslimin dan kepada rakyat awam.” (HR. Muslim)

Imam al-Ghazali menegaskan, ikhlas adalah shidqun niyyah fil ‘amal, yaitu niat yang benar ketika melaksanakan suatu pekerjaan. Dengan kata lain, setiap amal saleh dan kebajikan yang ingin dilakukan semestinya berorientasi karena Allah. Tanpa keikhlasan, semua amal kebajikan yang dilakukan sangat mudah terkena penyakit hati yang sangat berbahaya, antara lain riya dan bangga hati.

Syadad bin Aus r.a berkata, Kami pada masa Rasulullah saw. Menganggap riya sebagai syirik kecil.” (Majmu’ Zawaaid 1: 225).

Sahabatku, hendaklah seorang yang menjadi tentara Allah terus melakukan kebaikan dimanapun ia berada, oleh siapa, dan kapan saja. Jangan pernah mengharap balasan dari sesama makhluk, melainkan dari Sang Pencipta semata. Dan jangan pernah mengharapkan pula imbalan dari sesama manusia, melainkan dari Allah SWT. Hindari kesukaan menarik perhatian, karena bisa merapuhkan penampakan. Hindari pula kesukaan mengundang takjub dan pujian orang, karena mereka tidak akan selamanya demikian.


“Kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih” (QS. Al-Insan: 9).


Sahabatku, seorang tentara yang ikhlas adalah yang selalu berusaha untuk memberikan kebaikan, ia tidak pernah berharap dari seseorang.

Dari Abu Hurairah ra., dia berkata: Rasulullah saw. Bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Maha Baik, tidak menerima sesuatu kecuali yang baik dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin apa yang diperintahkan-Nya kepada para utusan-Nya.” (HR. Muslim)

Sahabatku, tentara yang ikhlas tidak mementingkan jabatan, baik sebagai atasan maupun bawahan, yang terpenting bagi mereka adalah professional dalam melakukan pekerjaan dan mendapatkan kesuksesan. Diantara syiar yang mereka pakai adalah sabda Rasulullah saw., “Berbahagialah seorang hamba yang telah menjadikan kudanya untuk berperang di jalan Allah. Rambut dan kakinya penuh debu. Jika ia ditugaskan untuk berjaga, ia siap berjaga. Jika ia ditugaskan dibarisan belakagn, maka ia tetap berjaga di barisan belakang”

Begitpula seorang tentara Allah atau seorang Mujahid tidak menjadi tentara ambisi. Justru memerangi hawa nafsu dan ambisi dirinya.

“Mujahid adalah orang yang berjihad melawan nafsunya di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi dari Fudhalah bin ‘Ubaid).
Seorang penyair berkata,

Nafsuku selalu mengajakku berbuat yang membahayakan diriku,
Memperbanyak penyakit dan memperparah penderitaanku.
Bagaimana aku bisa menyiasati musuh,
Apabila musuhku itu berada di antara tulang-tulang igaku.


Wallahu A’lam, Afwan jika ada kekhilafan…
Senin, 26 Juli 2010 atau 14 Sya’ban 1431 H. Jam 16.26