Kamis, 14 Agustus 2014

Ga LULUS bukanlah keGAGALan bung!, berTawakallah.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Allah Mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” 

(Al-Baqarah ayat 216).

Ada kutipan kisah yang penulis ambil dari sebuah buku “Pesan Moral Al-Qur’an dan Bukti Kebenarannya”, Drs. H. Muchtarom, M.Ag.

Andi adalah salah seorang siswa di sekolah SMU unggulan di kota Bandung. Ia seorang bintang kelas dan rajin beribadah kepada Allah swt. Ia sangat optimis lulus ketika mengikuti ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri (sekarang namanya SNMPTN).

Tetapi apa yang terjadi? Ia mengalami kegagalan. Padahal, teman-teman yang rangkingnya di bawah Andi banyak juga masuk ITB.

Menghadapi kegagalan tersebut ternyata ia tidak putus asa, malah semakin rajin belajar dan berdoa kepada Allah swt. Ia berkesimpulan bahwa ia tidak lulus karena kurang belajar dan kurang berdoa kepada Allah. Pada tahun berikutnya ia mengikuti ujian Perguruan Tinggi Negeri lagi (SNMPTN bukan SMUP lho!!), namun ternyata ia gagal lagi.

Menghadapi kegagalan yang kedua kalinya ini, ia putus asa. Tidak mau belajar lagi, bahkan marah kepada Allah. Untuk apa beribadah ? Untuk apa berdoa ? toh hasilnya sama saja. Dengan tanpa persiapan sama sekali, tahun berikutnya ia mencoba lagi ikut ujian SNMPTN, namun hasilnya pun sama, gagal.

Sementara itu teman-temannya sudah tingkat tiga di ITB. Suatu ketika, ia iseng mengikuti tes masuk pegawai NURTANIO (kini PT Dirgantara Indonesia) dan ternyata di terima. Setelah menjadi pegawai NURTANIO ada tawaran untuk mengikuti tes belajar ke Jerman Barat, ia pun diterima. Dalam waktu yang relative singkat, ia berhasil menyelesaikan studi S3-nya dan pulang sambil membawa gelar Doktor, sementara teman-temannya yang ITB baru mendapat gelar insinyur.

Subhanallah, Dari True Story di atas , kita dapat mengambil hikmah bahwa di balik musibah yang menimpa seorang muslim, ternyata Allah berkehendak baik kepadanya. Namun kadang-kadang kita tidak tahu apa sebenarnya maskud Allah memberikan musibah tersebut. Baru kita ketahui hikmahnya setelah sekian puluh tahun kemudian. Bahkan kita berprangsaka buruk kepada Allah, padahal sebenarnya Allah bermaksud baik kepada kita.

Maha Suci Allah.. Saudaraku, hikmah apa yang bisa saudara ambil dari cerita tersebut ? penulis sendiri ketika membacanya malu menyelimuti diriku, malu kepada kebesaran Allah, Allah yang Maha Berkuasa Ya Malik. Diriku malu ketika sering mengeluh dengan ujian-ujian yang Allah berikan, padahal ujian tersebut adalah kebaikan buat kita. Allah Maha Rahman dan Rohiim saudaraku, Allah Maha Mengetahui Ya ‘Aliim…mengetahui kebaikan buat diri kita. Mungkin kita pun pernah merasa kurang percaya diri dengan Takdir Allah, padahal segala sesuatu yang terjadi di seluruh alam semesta ini berada dalam kehendak-Nya. Pasti ada Hikmah yang tersimpan dalam ujian hidup atau persoalan dan setiap masalah, asalkan kita benar-benar dekat Allah swt. sehingga Allah akan memberikan petunjuk, dan membuka tabir hikmah dari setiap kejadian..

Romantika perjalan hidup manusia memang tidak berjalan lurus, kadang naik kadang juga turun.


Imam Ghozali mengibaratkan kehidupan manusia seperti orang yang naik turun bukit. Pada satu kesempatan berada di atas, tetapi pada kesempatan lain berada di bawah. Pada satu kesempatan berada dia atas, ingatlah! Sebentar lagi saudara akan turun ke bawah. Tetapi di saat anda mendapat kesusahan, cobalah tersenyum sedikit sebagai pertanda bahwa anda akan mendapatkan kebahagiaan.Tiada kebahagiaan yang hakiki di dunia ini, adanya hanya di akhirat, yaitu surge. Begitu pula sebaliknya tiada kesedihan yang abadi, adanya ahanya di akhirat yaitu di neraka. Suka dan duka akan senantiasa dialami oleh manusia, selagi ia masih hidup di dunia.

Islam mengajarkan untuk menyertakan jiwa tawakal dalam proses pencapaian suatu cita-cita.Suatu aktivitas dan kreativitas bisa dikategorikan menggunakan tawakkal principles apabila mengandung empat unsur. (Aam Amiruddin)

Empat unsur tersebut adalah Mujahadah, Doa, Syukur, dan Sabar.

Mujahadah diambil dari kata jahada, artinya sungguh-sungguh.

“Apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. Asy-Syarh : 7-8)

Doa, merupakan permohonan kita kepada Allah swt. Allah swt memeliki kekuasaan tak terhingga sedangkan kita memiliki banyak kelemahan. Karena itu walaupun sudah mujahadah, kita harus berdoa memohon kekuatan kepada Allah agar pekerjaan bisa diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Allah swt akan menolong hamba-Nya yang selalu berdoa dan mengingat-Nya.

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat kepada pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.” (QS. Al Baqarah: 152)

Syukur, apabila mujahadah dan doa menyertai seluruh aktivitas dan kreativitas kita, insyaAllah kesuksesan yang kita raih akan mengantarkan kita kepada rasa syukur. Karena kesuksesan sering mengantarkan manusia kepada keangkuhan.

“…Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azabku amat pedih.” (QS. Ibrahim : 7)

Sabar, sabar memiliki arti tahan uji menghadapi segala bentuk cobaan. Mungkin saja kita sudah berjuang sekuat tenaga, sistematis, dan disertai doa, namun sangat mungkin hasilnya tidak seperti yang kita harapkan. Oleh karena itu, Sabar adalah obatnya. Sabar bukan pasif, tapi aktif, bukan diam, tapi bergerak. Sabar bukan diam meratapi kegagalan, tetapi sabar adalah mengintropeksi diri dan bekerja lebih baik lagi agar kegagalan tidak terulang kembali.

“….Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga (waspada/mawas diri)…” (QS. Ali Imran : 200)

Keempat hal inilah yang merupakan prinsip tawakal ayng harus melandasi seluruh aktivitas dan kreativitas kita. Apabila hal ini dilakukan, kita akan sadar bahwa kemenangan, kesuksesan, dan keberhasilan tidak akan bisa diraih tanpa pertolongan-Nya.


Wallahu a’lam…Afwan atas segala kekurangan
Ahad, 12 Sya’ban 1431 H / 25 Juli 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar