Sabtu, 27 September 2014

Reduksionisme - Siklus Ilmu



Reduksionisme adalah keyakinan bahwa hal-hal yang kompleks selalu bisa dipahami dengan cara mereduksinya menjadi bagian sederhana.
Sebuah materi dianggap sebagai dasar dari semua bentuk eksistensi, dan dunia dianggap sebagai dasar dari semua bentuk eksistensi, dan dunia materi dianggap sebagai suatu kumpulan dari objek-objek yang terpisah yang dirakit menjadi sebuah mesin raksasa.

Dalam proses reduksionisme terjadi kehilangan makna karena keseluruhan lebih besar dari penjumlahan komponen-komponennya”.

Hal ini dimulai ketika para ilmuwan memulai penyelidikannya tentang materi lebih jauh ke objek atom dan subatom. Landasan fisika klasik ternyata tidak sanggup menjawab fenomena atom dan subatom yang penuh ketidakpastian. Hingga muncullah subjek-subjek relativitas dan quantum dalam ilmu fisika modern yang tidak dapat dijelaskan dengan paradigma lama ilmu fisika. Penelitian tentang subatom dan atom yang lebih seksama menunjukan bahwa partikel-partikel subatom tidak mempunyai makna sebagai entitas yang terpisah. Akan tetapi semua itu bisa dipahami hanya sebagai interkoneksi atau korelasi.
 
“The Structure of Scientific Revolutions”, tidak sedikit mengubah presepsi orang tentang science. Jika sebagian orang mengatakan bahwa ilmu bersifat linier-akumulatif, dalam pandangan Kuhn ilmu bergerak melalui tahapan-tahapan yang akan berpuncak pada kondisi normal yang kemudian usang “membusuk” karena digantikan oleh ilmu atau pandangan baru.
Menurut Kuhn, ilmu berkembang melalui siklus; masa normal  -> masa krisis -> revolusi ilmiah -> masa normal -> masa krisis -> revolusi ilmiah  -> ----------dst.

Masa Normal
Suatu paradigma yang terdiri dari asumsi-asumsi teoritis yang umum dari hukum-hukum serta teknik-teknik agar penerapanya diterima oleh para masyarakat ilmiah.

Masa Krisis
Dalam masa normal, seringkali ada permasalahan yang tidak terselesaikan dan banyak diantaranya amat penting menurut asumsi ilmuwan. Yang pada akhirnya akan muncul keganjilan, ketidaksepakatan dan penyimpangan dari hal-hal yang biasa. Karena adanya krisis, suatu masyarakat ilmiah akan berusaha menyelesaikan krisis tersebut, hal inilah yang disebut proses sains luar biasa. Pada proses sains luar biasa ini, masyarakat ilmiah akan dihadapkan pada dua pilihan, apakah akan kembali pada cara-cara lama atau berpindah pada sebuah paradigma baru, jika memilih yang kedua maka terjadilah apa yang disebut Kuhn “Revolusi Ilmiah”.

Revolusi Ilmiah – Masa Normal – Masa Krisis
Revolusi Ilmiah merupakan episode perkembangan non-komulatif, dimana paradigma lama diganti sebagian atau seluruhnya dengan paradigma baru yang bertentangan. Oleh karena itu menurut Kuhn perkembangan ilmu itu tidak secara komulatif atau evolusioner, tetapi secara revolusioner yakni membuang paradigma lama dan mengambil paradigma baru yang berlawanan. Paradigma baru tersebut dianggap dan diyakini lebih dapat memecahkan masalah untuk masa depan.
Apabila paradigma baru dapat diterima dan dapat bertahan dalam kurun waktu tertentu, maka ilmu tersebut akan menjadi ilmu normal yang baru, dan kemungkinan akan ditemukan anomali-anomali dan terjadi krisis baru begitu seterusnya. Menurutnya tidak ada paradigma yang sempurna dan terbebas dari kelainan-kelainan. Sehingga konsekuensinya ilmu harus mengandung suatu cara untuk mendobrak keluar dari satu paradigma ke paradigma lain yang lebih baik, inilah fungsi revolusi.