Jumat, 22 Agustus 2014

Praktik Keperawatan Pediatric

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan praktik keperawatan pediatric adalah sebagai berikut:

· Ingatlah untuk tersenyum ketika memasuki ruang anak dan tetap pertahankan kontak mata dengan mereka.

· Tanya anak secara langsung apa yang dirasakan oleh mereka dan apa yang mereka butuhkan. Berikan penerimaan terhadap mereka, walaupun berusia 5 tahun, dapat diberikan informasi.

· Jangan mengira bahwa karena orangtua mereka berada di sampingnya, kebutuhan klien sebagai individu, sensitivitas perhatian dan keberadaan perawat diabaikan.

· Akui anak dengan setiap interaksi dengan menggunakan nama mereka dan mengajak mereka dalam pembicaraan tentang kekhawatiran mereka yang berhubungan dengan hospitalisasi dan kehidupan mereka di luar rumah sakit.

· Berikan hiburan yang sesuai dengan usia dan interaksi yang menyenangkan.

· Berikan kebutuhan dasar dengan lembut, dan tepat waktu.

· Sering-seringlah menengok ke dalam ruagan anak, walaupun hanya sebentar, untuk memastikan keamanan dan kenyamanan anak.

· Ingatlah bahwa anak-anak yang lebih tua membutuhkan juga kenyamanan fisik, reasuransi, dan percakapan, dan mereka menghargai peran advokasi yang perawat berikan.

· Anak remaja mengharagai keprofesionalan perawat dan menginginkan untuk dihargai sebagai individu.

· Berikan pengertian khusus pada saat masuk rumah sakit dengan menjelaskan peran perawat terhadap anak yang belum berpengalaman dalam hospitalisasi.

· Berikan penjelasan kepada anak sesuai denga usia yang berhubungan dengan pengobatan, perawatan tepat waktu, respon yang benar, dan privasi.

Reaksi-reaksi yang umum pada anak hospitalisasi

Reaksi-reaksi yang umum pada anak hospitalisasi berdasarkan usia sampel dalam penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Usia pra sekolah (3-6 tahun)

a. Mekanisme pertahanan utama anak usia prasekolah adalah regresi. Mereka akan bereaksi terhadap perpisahan dengan regresi dan menolak untuk bekerja sama.
b. Anak usia prasekolah merasa kehilangan kendali karena mereka mengalami kehilangan kekuatan mereka sendiri.
c. Takut terhadap cidera tubuh dan nyeri mengarah pada rasa takut terhadap mutilasi dan prosedur yang menyakitkan.
d. Keterbatasan pengetahuan mengenai tubuh meningkatkan rasa takut yang khas; sebagai contoh, takut terhadap kastrasi (dicetuskan oleh enema, pengukuran suhu rectal, dan kateter) dan takut bahwa kerusakan kulit (mis. Jalur intravena dan prosedur pengambilan darah) akan menyebabkan bagian dalam tubuhnya menjadi bocor.
e. Anak usia prasekolah menginterpretasikan hospitalisasi sebagai hukuman dan perpisahan dengan orang tua sebagai kehilangan kasih sayang.

2. Usia sekolah (6-12 tahun)

a. Mekanisme pertahanan utama anak usia sekolah adalah reaksi formasi, suatu mekanisme pertahanan yang tidak disadari, anak menganggap suatu tindakan adalah berlawanan dengan dorongan hati yang mereka sembunyikan. Biasanya, anak menyatakan bahwa mereka berani saat anak merasa sangat ketakutan.
b. Anak usia sekolah dapat bereaksi terhadap perpisahan dengan menunjukkan kesendirian, kebosanan, isolasi, dan depresi. Mereka mungkin juga memperlihatkan agresi, iritabilitas, dan ketidakmampuan dalam berhubungan dengan saudara kandung dan teman sebaya.
c. Perasaan hilang kendali dikaitkan dengan bergantung kepada orang lain dan gangguan peran dalam keluarga.
d. Takut cidera dan nyeri tubuh merupakan akibat dari rasa takut terhadap penyakit, kecacatan, dan kematian.

3. Usia remaja (12-18 tahun)

Perhatian remaja hospitalisasi berfokus pada perubahan citra tubuh, berpisah dengan teman sebaya, penyakit sebagai hukuman (usia 12-14 tahun), kebebasan yang terbatas (karena prosedur perawatan).

a. Mekanisme pertahana utama antara lain penyangkalan dan pengalihan (mengganti focus dari objek atau perasaan yang tidak diinginkan kepada objek atau perasaan yang lebih dapat diterima).
b. Kehilangan kendali yang berhubungan dengan kehilangan identitas dan ketergantungan yang dipaksakan, kemungkinan menyebabkan remaja berespons dengan penolakan, tidak mau kerja sama, pernyataan diri, marah atau frustrasi. Mereka dapat menarik diri bahkan dari teman-teman sebayanya.
c. Ketakutan remaja terhadap mutilasi dan perubahan seksual dapat ditunjukkan denga pertanyaan-pertanyaan mereka yang beragam, menolak orang lain, bertanya-tanya tentang perawatan yang adekuat, keluhan psikosomatik, dan reaksi seksual.
d. Pemisahan, terutama dari kelompok teman sebaya, dapat menyebabkan remaja semakin menarik diri, kesepian, dan bosan.

Dari uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa respon anak dari mulai usia prasekolah, sekolah hingga remaja terhadap hospitalisasi berbeda serta bagaimana cara mengungkapkan persepsinya dalam bentuk bahasanya pun berbeda terhadap perawat dan perilaku perawat pada penelitian ini. Bagaimanapun data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data yang bernilai dalam memberikan pengetahuan tentang bagaimana persepsi anak yang dirawat terhadap perawat dan perilaku perawat berdasarkan bahasa anak.

Seluruh anak-anak dalam penelitian ini melaporkan positif feeling tentang perawat. Mereka menggunakan kata-kata atau ungkapan yang menggambarkan perawat dan perilaku perawat seperti penolong mereka, sesorang yang melindungi mereka, ramah, baik, perhatian, jujur, manis, penyabar, humoris, lembut, bersahabat, dan sensitive terhadap keadaan mereka. Anak yang lainnya terlebih-lebih mengatakan perawat adalah seorang yang menjadi panutan. Sebagian besar anak-anak yang lain yang mengalami ketakutan di rumah sakit mengatakan bahwa perawat menolong mereka menghilangkan rasa takut yang berhubungan dengan proses hospitalisasi. Komentar-komentar tersebut merupakan penghargaan yang sangat tinggi dari mereka dimana anak-anak sangat membutuhkan perawat dan pengaruh perawat dapat membuat pengalaman tersendiri bagi anak di rumah sakit.

Pertumbuhan & Perkembangan

Beberapa ahli mengemukakan pandangannya tentang pertumbuhan dan perkembangan, antara lain:

1. Piaget
Piaget mengemukakannya menjadi 4 tahapan, yaitu:

a. Tahap sensomotorik (0-2 tahun)
b. Pre operasional (3-7 tahun), orientasi pada diri dan objek.
c. Opersional konkrit (7-11 tahun), individu mulai dapat memecahkan masalah. 
d. Operasional formal (11-15 tahun), individu mampu membuat logika dan kemungkinan- kemungkinan.

2. Sigmund Freud

a. Masa oral (tahun pertama), pada masa ini kepuasan adalah mulut.
b. Masa anal (tahun kedua dan ketiga), sumber kesenangan adalah anus.
c. Masa phalik, pada masa ini sumber aktivitas adalah kelamin.
d. Masa laten (6-12 tahun), terdiri dari tahun-tahun tenggang dimana rangsangan-rangsangan ditekan.

3. Ericson

a. Early infant (bayi muda, lahir-1 tahun)
b. Bayi yang lebih besar (1-3 tahun).
c. Kanak-kanak muda (4-5 tahun), memperlihatkan daya khayal, meniru orang dewasa.
d. Kanak-kanak (6-11 tahun), anak bersosialisasi dengan lingkungan dan dilatih untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab.
e. Pubertas dan remaja (12-20 tahun), mencari identitas diri, tertarik pada lawan jenis, dan mempunyai ide bertanggung jawab.
f. Dewasa muda (20-40 tahun).
g. Dewasa.
h. Dewasa tua.

4. Havighurst

a. Bayi dan kanak-kanak (0-3 tahun).
b. Kanak-kanak (6-11 Tahun), mengembangkan sikap moral dan social dalam kelompok.
c. Remaja (12-20 tahun), menerima dirinya sebagai pria atau wanita serta mampu melaksanakan peran dan tanggung jawab social yang dibebankan pda dirinya.
d. Dewasa muda (20-40 tahun).
e. Dewasa (41-64 tahun).
f. Usia tua (65 tahun keatas).