Sabtu, 09 Agustus 2014

Tukang Becak

Bismillah

Segala sesuatu sesuai dengan qadha’ dan qadar,
Dan kematian adalah sebaik-baik pelajaran. # La Tahzan
Ada sebuah cerita Nyata yg terjadi di Indonesia,yg saya rasa memiliki kedalaman hikmah. Ceritanya adalah:

Ada seorang ibu yg berasal dari malang, yg selalu setia pergi ke kantor dengan becak , meskipun memiliki mobil. Pada pengemudi becak mengenali ibu tersebut, sehingga menjalin kedekatan silaturahmi dengan ibu tersebut.
Hari itu terasa sepi. Biasanya, ibu tersebut pergi pagi dengan menyewa becak, demikian pula ketika pulang pada sore hari, tetapi ibu tersebut tidak kelihatan. Pengemudi becak menunggunya, tetapi tidak muncul juga. Pengemudi becak merindukan ibu tersebut untuk sellau ingin bersamanya, berbincang, mulai dari keluarga sampai pekerjaan.
Para pengemudi becak merasa dihargai, di manusiakan, mengingt banyak orang yg terlalu meremahkan profesi pengemudi becak, termasuk dari kalangan pemerintah yg sering membuat peraturan pelarangan operasi kendaraan becak di area tertentu.
Seminggu sudah kerinduan yg dinantikan para pengemudi becak belum terobati. Para pengemudi becak memperoleh kabar bahwa ternyata ibu tersebut sedang menderia sakit. Tuhan berkehendak lain, sang ibu, yg dijadikan tempat berkeluh kesah dan berbincang dengan para pengemudi becak tersebut, telah dipanggil Tuhan Yang Maha Esa. Kepergiannya membuat para pengemudi becak merasa kehilangan orang yg selama ini menghargainya.
Pemberangkatan jenazah menuju pemakaman terkesan sepi, tidak sperti pemakaman orang terkenal, yg diiringi tamu-tamu yg bermobil berderet-deret, yg malah terkadang tidak berdoa, tetapi berbincang segala masalah dengan kawan selevelnya. Tidak kelihatan para pengemudi becak, barangkali para pengemudi becak itu sedang mencari rezeki untuk menghidupi keluarganya. Ketika jenazah akan diberangkatkan, tiba-tiba berdatangan pengemudi becak. Bukan hanya seorang, tetapi puluhan pengemudi becak dengan becaknya menghantarkan pemakaman ibu tersebut. Para pengemudi becak itu tidak saling mengobrol, mereka hanya menangis berduka, mengenang jasa ibu tersebut. Meskipun kecil, tetapi sangat membekas di hati para pengemudi becak. “Ibu memilih naik becak daripada naik mobilnya,” kata salah seorang pengemudi becak dengan mata berkaca-kaca. “Ibu itu orangnya dermawan,” kata seorang lainnya sambil meneteskan air matanya. “Ibu itu nguwongke (Jawa: sangat menghargai; memanusiakan) pengemudi becak,” kata pengemudi becak yg lain sambil menyeka air matanya. “Selamat jalan ‘ibu bagi pengemudi becak; menemui Sang Penciptamu, semoga jasamu tak terlupakan. Kami selalu merindukan hadirnya ibu-ibu bagi pengemudi becak sesudahmu,” seuntai doa sederhana dari para pengemudi becak. Saya yakin , doa itu adalah doa yg dapat menembus langit dan sangat didengarkan oleh Tuhan Sang Maha Pendengar.

“Sesungguhnya kematian terus mendekati kita , dan dunia terus meninggalkan kita. Maka jadilah kalian anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak-anak dunia. Sesungguhnya, hari ini adalah beramal dan tidak ada hisab, dan esok adalah hisab dan tidak ada lagi beramal.” (Ali Ibn Abi Thalib ra.)
Dan, tiada seorang pun yg dapat mengetahui (dengan pasti) apa yg akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yg dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
(QS Luqman: 34)
”ditulis 21 Nop. 11
oleh Andria Pragholapati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar