ILMU BARAT SEKULER “PRA” DAN “PASCA-TARNAS”
Para ilmuwan barat yang jujur mengakui bahwa sekarang mereka sudah sampai pada satu titik dimana mereka sudah merasa bahwa arah yang ditempuh selama ini adalah arah yang keliru. Arah yang memberikan kenikmatan sekaligus memberikan dampak kehancuran yang lebih besar daripada kenikmatannya.
Para ilmuwan barat merasakan bahwa arah yang ditempuh adalah keliru, tidak tahu mencari jalan yang benar.
Untuk sampai ke jalan yang benar kita harus menempuh kesalahan yang banyak sekali.
Jalan yang benar adalah jalan menuju Allah SWT. Jalan yang benar adalah jalan yang mengikuti perintah-Nya, sedangkan jalan yang salah adalah jalan yang mengikuti larangan-Nya, sehingga harus kita hindari jalan yang salah tersebut agar kita senantiasa berada di jalan yang benar.
Maka, di akhir abad ke-20 atau permulaan abad ke-21 ini kita harus menghentikan kekeliruan, dan memandunya kembali kepada arah yang benar. Inilah ilmu Tauhidullah (di bidang sains).
Ilmu Tauhidullah yang perlu dikembangkan di bidang sains itu adalah terbagi tiga yang saling terpaut satu sama lain, yaitu:
1. Wahyu (Al-Qur’an dan Hadits, yang dituangkan dalam bentuk nash-nash), adalah premis-premis bagi sains empirikal.
2. Wahyu-wahyu ini pulalah yang memandu inferensi ke arah mana premis-premis itu dideduksi.
3. Hasil deduksi, setelah verifikasi (berdasarkan pada data-data empirikal) perlu divalidasi kembali oleh nash-nash Al-Qur’an dan Hadits.
14.TARNAS “THE CRISIS OF MODERN SCIENCE”
Dalam buku Tarnas yang berjudul “The passion of the Western Mind” ada sebuah bab yang berjudul “The Crisis of Modern Science”, didalam bab tersebut diperinci kesalahan-kesalahan ilmu Barat. Ada enam hal kesalahan-kesalahan ilmu Barat, yaitu:
1. Postulat dasar ilmu Barat, ialah “space”, “matter”, “causality”, dan “observation”, yang semuanya dibuktikan tidak benar (controverted).
2. Dianutnya pendapat Kant yang menyatakan bahwa orang yang mengatakan jagat raya adalah bukan jagat raya yang sebenarnya, tapi jagat raya sebagaimana diciptakan oleh pikiran manusia.
3. Deterministik Newton kehilangan dasar, maka orang mulai dengan “stochastic”.
4. Partikel-partikel sub-atomik terbuka untuk interpretasi spiritual.
5. Prinsip “uncertainly” sebagaimana ditemukan oleh Heisenberg, dan
6. Kerusakan ekologi (dan atmosfir) yang menyeluruh, yang disebutnya “planetary ecological crisis”.
Realitas atau “scientific truth” sekarang menjadi keraguan. Kebenaran ilmiah ini semakin bersifat temporer, meskipun demikian kebenaran ilmiah adalah sesuatu yang dapat diuji dan karena itu dapat selalu memperbaiki dirinya. Banyak kegunaan praktis dari ilmu bersifat merusak itulah masalahnya, sehingga perkembangan ilmu modern selanjutnya harus di reevaluasi secara sepenuh hati.
Tarnas mengemukakan bahwa sukses paling besar yang dicapai sains adalah timbulnya masalah bagi manusia.
Para ilmuwan barat merasakan bahwa arah yang ditempuh adalah keliru, tidak tahu mencari jalan yang benar.
Untuk sampai ke jalan yang benar kita harus menempuh kesalahan yang banyak sekali.
Jalan yang benar adalah jalan menuju Allah SWT. Jalan yang benar adalah jalan yang mengikuti perintah-Nya, sedangkan jalan yang salah adalah jalan yang mengikuti larangan-Nya, sehingga harus kita hindari jalan yang salah tersebut agar kita senantiasa berada di jalan yang benar.
Maka, di akhir abad ke-20 atau permulaan abad ke-21 ini kita harus menghentikan kekeliruan, dan memandunya kembali kepada arah yang benar. Inilah ilmu Tauhidullah (di bidang sains).
Ilmu Tauhidullah yang perlu dikembangkan di bidang sains itu adalah terbagi tiga yang saling terpaut satu sama lain, yaitu:
1. Wahyu (Al-Qur’an dan Hadits, yang dituangkan dalam bentuk nash-nash), adalah premis-premis bagi sains empirikal.
2. Wahyu-wahyu ini pulalah yang memandu inferensi ke arah mana premis-premis itu dideduksi.
3. Hasil deduksi, setelah verifikasi (berdasarkan pada data-data empirikal) perlu divalidasi kembali oleh nash-nash Al-Qur’an dan Hadits.
14.TARNAS “THE CRISIS OF MODERN SCIENCE”
Dalam buku Tarnas yang berjudul “The passion of the Western Mind” ada sebuah bab yang berjudul “The Crisis of Modern Science”, didalam bab tersebut diperinci kesalahan-kesalahan ilmu Barat. Ada enam hal kesalahan-kesalahan ilmu Barat, yaitu:
1. Postulat dasar ilmu Barat, ialah “space”, “matter”, “causality”, dan “observation”, yang semuanya dibuktikan tidak benar (controverted).
2. Dianutnya pendapat Kant yang menyatakan bahwa orang yang mengatakan jagat raya adalah bukan jagat raya yang sebenarnya, tapi jagat raya sebagaimana diciptakan oleh pikiran manusia.
3. Deterministik Newton kehilangan dasar, maka orang mulai dengan “stochastic”.
4. Partikel-partikel sub-atomik terbuka untuk interpretasi spiritual.
5. Prinsip “uncertainly” sebagaimana ditemukan oleh Heisenberg, dan
6. Kerusakan ekologi (dan atmosfir) yang menyeluruh, yang disebutnya “planetary ecological crisis”.
Realitas atau “scientific truth” sekarang menjadi keraguan. Kebenaran ilmiah ini semakin bersifat temporer, meskipun demikian kebenaran ilmiah adalah sesuatu yang dapat diuji dan karena itu dapat selalu memperbaiki dirinya. Banyak kegunaan praktis dari ilmu bersifat merusak itulah masalahnya, sehingga perkembangan ilmu modern selanjutnya harus di reevaluasi secara sepenuh hati.
Tarnas mengemukakan bahwa sukses paling besar yang dicapai sains adalah timbulnya masalah bagi manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar