Perubahan Sosial pada Lansia Saat Kehilangan
Pada saat kehilangan, respon yang terjadi pada lansia meliputi respon psikologis, sosial, spiritual, dan fisik. Menurut Elizabet, Kybler, dan Ross, respon normal pada saat kehilangan yaitu denial, anger, bargaining, depression, dan acceptance. Semuanya tidak selalu harus runtut, tergantung pada kepribadian lansia yang mengalami. Apabila ditinggal oleh pasangan, proses di atas normalnya antara 12-18 bulan. Lebih dari itu akan terjadi komplikasi pada proses kehilangan. Tugas perkembangan dari proses kehilangan adalah dari aspek kognitif, afektif, behavioral, dan voluational (mencari hikmah dari kejadian tersebut).
Aspek sosial dipengaruhi oleh kultur masyarakat, keadaan psikologis lansia, dan pengalaman masa lalu. Perubahan sosial yang terjadi pada lansia meliputi interaksi sosial dan peran sosial. Secara umum, pengaruh dari perubahan sosial adalah status janda yang diberikan oleh masyarakat. Dampak lain yang sangat sulit adalah apabila yang meninggal adalah pasangan yang menjadi kepala keluarga atau tulang punggung keluarga. Dalam kondisi seperti ini, untuk mengurangi sakit psikologis akibat ditinggal seseorang, lansia sebaiknya belajar keterampilan baru dan memperbaiki perannya dalam aktivitas sehari-hari.
Apabila lansia menarik diri dari lingkungan, tidak memiliki minat terhadap aktivitas, dan berkurangnya energi akan mengakibatkan perubahan sosial yang sangat signifikan dan menyulitkan proses pengembalian ke arah respon yang normal. Di sinilah dukungan sosial sangat diperlukan, agar lansia tidak merasa seorang diri. Membangun kembali hubungan yang baik dengan keluarga, teman-teman, dan tetangga. Memulai kembali aktivitas sehari-hari. Atau bahkan berkumpul dengan kelompok yang sama-sama memiliki permasalahan yang sama untuk berbagi cerita.